PT Angkasa Pura II (AP II) sepanjang 2014 membukukan laba bersih Rp 1,09 triliun, naik 5,82 persen dibandingkan realisasi laba bersih 2013 sebesar Rp 1,03 triliun. Naiknya laba bersih ditopang oleh peningkatan pendapatan 2014 perseroan sebesar 16 persen menjadi Rp 4,87 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 4,18 triliun.
“Pencapaian ini positif karena tahun lalu laba bersih mengalami penurunan setelah bisnis pemandu lalu lintas penerbangan dihilangkan,” ujar Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi melalui keterangan pers, dikutip Jumat (15/5). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) AP II yang digelar Selasa (12/5) memutuskan, pemerintah sebagai pemegang saham perseroan hanya mengambil 20 persen dari laba bersih 2014 atau Rp 219,61 miliar sebagai dividen. Sementara Rp 878,39 miliar lainnya atau sekitar 80 persen diberikan kepada perseroan sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk membiayai pengembangan sejumlah bandara yang dikelola AP II.
Budi mencatat, tahun ini perseroan akan melakukan pengembangan di sejumlah bandara yang dikelola sebagai bagian dari upaya peningkatan kinerja di masa mendatang. Salah satunya adalah meneruskan pembangunan Terminal 3 Ultimate, Bandara Soekarno-Hatta. “Pembangunan Terminal 3 Ultimate di Soekarno-Hatta menjadi fokus utama menyusul target pengoperasian terminal berkapasitas 25 juta penumpang itu pada kuartal II 2016. Sampai bulan ini, kemajuan pembangunannya sekitar 76,21 persen,” kata Budi.
Angkasa Pura II jelas membutuhkan pasokan pembiayaan yang besar untuk mengembangkan Soekarno-Hatta. Dalam materi paparan yang disampaikan Budi saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR beberapa waktu lalu, diketahui Angkasa Pura II hanya memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 385,28 miliar dan suntikan modal negara yang disetujui tahun ini hanya Rp 2 triliun dari usulan yang diajukan Rp 3 triliun.
Sementara kebutuhan investasi pengembangan Soekarno-Hatta tahun ini dialokasikan sebesar Rp 12 triliun, sedangkan pada tahun depan diperkirakan mencapai Rp 17 triliun. Untuk menutupi kekurangan dana, beberapa waktu lalu Budi mengungkapkan rencana AP II untuk menerbitkan obligasi senilai Rp 6 triliun dalam dua tahun ke depan. “Pertengahan tahun atau akhir tahun kita akan terbitkan obligasi dengan tenor lima sampai tujuh tahun paling tidak Rp 2 triliun,” ujar Budi.
Dia memperkirakan penerbitan obligasi tersebut akan dilakukan sekitar bulan September atau Oktober tahun ini. Dalam dua bulan ke depan, AP II akan menunjuk advisor serta pihak-pihak terkait yang akan membantu penerbitan obligasi tersebut. Sementara itu, obligasi senilai Rp 4 triliun sisanya akan diterbitkan tahun depan.
Budi menambahkan sekitar enam bulan lalu AP II juga telah mendapatkan fasilitas pinjaman jangka menengah (medium terms note/MTN) senilai Rp 3 triliun dari beberapa bank pemerintah. Meskipun tidak disebutkan penggunaannya, Budi mengatakan AP II baru menggunakan sekitar Rp 500 miliar dari fasilitas tersebut.
Sementara itu, PT Angkasa Pura I (AP I) melaporkan berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp 1,1 triliun sepanjang 2014. Naik sekitar 70 persen dibandingkan realisasi laba operasi 2013 sebesar Rp 693 miliar. Direktur Utama AP I Tommy Soetomo menjelaskan, peningkatan laba operasi dikantongi perseroan setelah menyelesaikan pengembangan tiga bandara utama yang dikelolanya yaitu Juanda Surabaya, Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, dan I Gusti Ngurah Rai Denpasar.
Pembenahan ketiga alat produksi itu telah memberikan hasil menyusul peningkatan pendapatan khususnya dari nonaeronautika yang meningkat 337 persen selama kurun waktu 2010 hingga 2014, atau rata-rata bertumbuh 84 persen per tahun. Operator bandara milik negara, PT Angkasa Pura II (Persero) untuk pertama kalinya akan melepas 25 persen sahamnya ke publik (initial public offering/IPO) pada 2020 guna menutup sebagian kebutuhan investasi yang diestimasi mencapai Rp 52,7 triliun hingga 2021.
Budi Karya Sumadi, Direktur Utama AP II menjelaskan rencana perseroan melantai di bursa demi mendapatkan modal untuk mendanai sejumlah proyek, termasuk pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. adapun jumlah saham yang akan dilepas sekitar 25 persen dari keseluruhan saham yang kini dikuasai pemerintah.
Sementara itu, lanjut Budi, total kebutuhan investasi diperkirakan mencapai Rp 52,7 triliun hingga 2021. Untuk tiga tahun pertama, sebagian besar investasi akan difokuskan untuk mencapai target 15 juta penumpang dengan estimasi pendanaan sebesar Rp 34,7 triliun
"Kita akan memperkuat struktur permodalan kita dengan IPO 5 tahun mendatang. Maka dari itu kita akan secara perlahan menerbitkan surat utang untuk beradaptasi dengan pasar modal," kata Budi kepada wartawan saat ditemui di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Jumat (15/5).
Melalui IPO tersebut, AP II berharap mendapatkan dana segar sekitar Rp 6 triliun. Sebagai informasi, AP II telah memperoleh pinjaman dari sejumlah lembaga keuangan, antara lain dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk senilai Rp 1,5 triliun, PT Sarana Multi Infrastruktur Rp 500 miliar, Eximbank Rp 1,5 triliun, dan PT Indonesia Infrastructure Finance Rp 400 miliar.
Selain itu, perseroan juga mengantongi pinjaman siaga (standby loan) sebesar Rp 4 triliun, dengan tenor 10 tahun. Alternatif pendanaan ini dapat ditarik perseroan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. "Saya siap kalau dilakukan semester depan. Saya menimbang-nimbang apakah saya akan menggunakan Rp 4 triliun itu. Atau saya harus melakukan obligasi. Jadi saya punya pilihan," katanya.
No comments:
Post a Comment