Tuesday, May 12, 2015

Intervensi Bank Indonesia Tidak Cukup Untuk Redam Kejatuhan Rupiah

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah pada penutupan perdagangan Selasa (12/5) berada di level Rp 13.203 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 87 poin dari posisi pembukaan Rp 13.116 per dolar AS. Sementara di pasar spot, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menyentuh Rp 13.218 per dolar AS.

Antonius Prasetyantoko, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya, mengatakan tren pelemahan rupiah masih berlangsung sekalipun bank sentral telah melakukan intervensi. Hal ini tercermin dari posisi cadangan devisa yang semakin terkuras di kas BI.

“Sebenarnya melakukan intervensi dengan menguras cadangan devisa tidak apa-apa selama ada devisa yang masuk. Problemnya itu, apakah ada devisa yang masuk atau tidak?” jelasnya di Jakarta, Selasa (12/5). Bank Indonesia (BI) sebelumnya merilis posisi cadangan devisa Indonesia per April 2015 yang sebesar US$ 110,9 miliar. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2015 yang sebesar US$ 111,6 miliar.

Ekspor dan Investasi, kata Prasetyantoko, selama ini menjadi sumber devisa bagi suatu negara. Kontribusi keduanya sangat bergantung dengan kondisi ekonomi negara yang bersangkutan.

Untuk kondisi Indonesia, kedua indikator makro ekonomi tersebut saat ini belum menunjukan kinerja positif sehingga akan sulit bagi rupiah untuk menembus target Rp 12.500 di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Kombinasi antara pelemahan ekonomi domestik dan sentimen negatif dari rencana normalisasi kebijakan moneter AS menjadi faktor pemberat rupiah untuk naik pada tahun ini.

“Menurut saya asumsi rupiah dalam APBN sebesar Rp 12.500 tidak mungkin tercapai. Menurut saya rupiah bakal mencapai level Rp 13.200 sepanjang tahun ini,” ujarnya

No comments:

Post a Comment