Harga jual batubara hanya Rp 220 ribu per ton jauh dibandingkan acuan harga normal Juni 2014 yang mencapai Rp 950 ribu per ton. Tak hanya itu, Hendriyanto melanjutkan akibat anjloknya harga batubara dunia telah menyebabkan produksi batubara di Kabupaten Tebo mengalami kemacetan.
Sebanyak 10.000 ton batubara dari Kabupaten Tebo, kata dia, kini terbengkalai di pelabuhan Talang Duku, Kabupaten Muarojambi karena tidak terjual. Batubara itu milik PT. AAA sebanyak 3.000 ton dan PT. Winner sebanyak 7.000 ton. "Mereka sementara menghabiskan dulu stok yang ada sembari menunggu harga batubara normal kembali," ujarnya.
Produksi batubara memiliki tiga kategori kualitas, yakni high, medium dan low. Khusus di Tebo, kandungan kalori batubara di daerah ini berkisar 5.000 dan masuk masuk kualitas low. Sehingga harga batubara di Tebo terbilang sangat murah. Berdasarkan data Dinas ESDM Provinsi Jambi, harga batubara di Jambi stagnan dan cenderung turun akibat kelebihan stok. “Apalagi kualitas batubara di Jambi yang berkadar kalori rendah.”
Dengan kondisi yang berat ini, sebanyak 70 perusahaan pemengang IUP masih sebatas eksplorasi, belum meningkatkan ke produksi. Dinas ESDM berencana mencabut izin mereka. Kondisi ini pun berimbas pada para sopir angkutan batubara. Ketua Asosiasi Sopir Batubara Jambi Puji Siswanto, mengatakan, sejak anjloknya harga batubara aktivitas pengangkutan pun relatif berhenti, karena pengusaha tidak mampu membayar ongkos angkut. "Saya saja dengan memiliki 10 unit truk hanya tersimpan di gudang," katanya.
Puji menjelaskan ongkos pengangkutan batubara Rp 105 ribu per ton. Namun, dengan harga jual batubara yang sedang turun tidak sebanding dengan biaya operasional. "Apalagi harga BBM sedang tinggi," ujarnya yang kini mengalihkan usaha pengangkutannya pada sektor kelapa sawit.
Harga patokan ekspor (HPE) sebagian besar barang tambang turun. Hanya produk konsentrat tembaga yang mengalami kenaikan tipis. "Fluktuasi harga internasional mempengaruhi penetapan harga patokan ekspor produk pertambangan hasil pengolahan yang dikenakan bea keluar (BK) periode April 2015," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan di kantornya, Selasa, 31 Maret 2015.
Partogi menuturkan sejumlah produk pertambangan hasil pengolahan yang dikenakan bea keluar adalah konsentrat tembaga, konsentrat seng, konsentrat timbal, konsentrat besi, konsentrat mangan, konsentrat ilmenite, serta konsentrat titanium lainnya. Perhitungan harga dasar HPE untuk konsentrat besi dan mangan bersumber dari Asian Metal. Sedangkan konsentrat tembaga, konsentrat timbal, serta konsentrat seng berdasarkan bersumber dari London Metal
Penurunan dialami sebagian besar produk tambang, seperti
- konsentrat bijih besi (hematit, magnetit, pirit) dengan kadar (Fe ≥ 62 persen) dengan harga rata-rata US$ 42,20 per WMT turun 7,35 persen,
- konsentrat bijih besi (gutit/laterit) dengan kadar (Fe ≥ 51 persen dan Al2O3 +SiO3 ≥ 10 persen) dengan harga rata-rata US$ 15,30 per WMT turun 3,02 persen;
- konsentrat mangan (Mn ≥ 49 persen) dengan harga rata-rata US$ 156,29 per WMT turun 6,07 persen;
- konsentrat seng (Zn ≥ 52 persen) dengan harga rata-rata US$ 733,25 per WMT turun 3,44 persen; dan
- konsentrat timbal (Pb ≥ 57 persen) dengan harga rata-rata US$ 485,56 per WMT turun 4,34 persen.
Sedangkan produk yang mengalami kenaikan dibanding HPE periode sebelumnya adalah konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 persen) dengan harga rata-rata US$ 1.607,14 per WMT atau naik 0,25 persen. Sementara itu, konsentrat ilmenite dan konsentrat titanium lain tidak mengalami perubahan.
No comments:
Post a Comment