Menurutnya kondisi perekonomian global yang masih melemah serta kondisi negara mitra dagang Indonesia seperti Tiongkok, Jepang dan Eropa yang masih melesu, sehingga pertumbuhan ekonomi global diprediksi hanya tumbuh 3,4 persen."Negara-negara tersebut juga melakukan koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi nya," kata Bambang.
Berbeda dengan Pemerintah, bank sentral negara, Bank Indonesia (BI), kembali memberikan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai level 5,1 persen. Angka ini tentunya lebih rendah dibanding prakiraan pemerintah 5,4 persen."Namun angka ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR.
Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan akan mencapai 4,9 persen, kuartal III sebesar 5,3 persen, dan kuartal IV 5,4 persen. "Peningkatan kuartal kedua lebih didorong oleh konsumsi pemerintah dan investasi bangunan sejalan dengan pembangunan proyek infrastruktur," ujar Agus. Selain itu pertumbuhan ekspor juga diperkirakan akan tumbuh positif, meski memang akan tertahan karena lemahnya harga komoditas masih berlanjut. Untuk kuartal III dan IV, lanjut Agus juga akan didukung oleh keberlanjutan konsumsi dan investasi, realisasi fiskal pemerintah, dan juga relalisasi kredit perbankan.
"Peningkatan penyaluran kredit masyarakat diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga," kata Agus. Sementara untuk nilai tukar rupiah, BI memprediksi nilai tukar ruoiah terhadap dolar AS akan berada di sekitaran Rp 13.000 - Rp 13.200, sementara untuk tahun depan BI memprediksi rupiah melemah di kisaran Rp 13.000 - Rp 13.400.
"Ini juga mengikuti komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang akan terus melakukan reformasi struktural," katanya. Bank Indonesia (BI) memilih konservatif dalam memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Apabila pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi 2016 di kisaran 5,8-6,2 persen, Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo justru pesimistis pertumbuhan ekonomi nasional bisa menembus angka 6 persen.
"Kalau pemerintah sekarang akan mengajukan (pertumbuhan ekonomi) untuk 2016 di range 5,8-6,2 persen, mungkin kami melihat masih belum sampai melewati 6 persen. Jadi masih ada di tengah 5 persen sampai 6 persen," kata Agus di Gedung BI, Rabu (20/5). Dalam meramalkan ekonomi Indonesia di masa depan, Agus Martowardojo punya sejumlah pertimbangan, antara lain kondisi pasar komoditas global yang kemungkinan masih akan lesu.
Kendati demikian, Agus meyakini kondisi ekonomi Indonesia pada tahun depan akan lebih baik dari pada tahun ini. Ia berharap peran besar pemerintah dalam membelanjakan anggaran dan investasi bisa mengerek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. "Jadi, kita harapkan tahun 2016 akan ada perbaikan di ekonomi global dan nanti tentu harga komoditi bisa lebih baik," kata Agus.
Akan tetapi, Agus mengatakan prediksi bank sentral tersebut tersebut sewaktu-waktu bisa direvisi. Ia mengatakan BI akan lebih rinci dalam memberikan penjelasan pandangan perekonomian secara keseluruhan jika memang sudah waktunya dibutuhkan. "Tetapi nanti tentu saat pembahasan pertemuan awal antara pemerintah dengan DPR dimana BI juga akan diundang kami akan menyampaikan lebih detail terkait dengan forecast 2016," katanya.
Untuk tahun ini, BI masih berpegang pada proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4-5,8 persen, meski kecenderungannya mendekati batas bawah. Namun, Agus mengatakan bank sentral akan mengevaluasi kembali proyeksi tersebut dan kemungkinan prognosa terbaru akan dirilis pada paruh kedua. Kami mungkin akan merevisi (proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia) pada semester II. Sekarang masih di 5,4-5,8 persen, bisa ke bawah," ujarnya di tempat yang sama, Selasa (19/5).
Pada kesempatan tersebut, Agus menyoroti kualitas belanja pemerintah yang masih rendah pada kuartal I 2015. Rendahnya penyerapan anggaran pemerintah, kata Agus, disebabkan oleh perubahan nomenkatur dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) sejumlah kementerian/lembaga (K/L) yang belum mendapatkan persetujuan DPR pada periode tersebut.
"Tapi di semester II, yang dicanangkan pemerintah untuk infrastruktur, termasuk upaya untuk merealisasi anggaran akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi semester II. Sampai triwulan II pun belanja negara masih agak pelan, tapi semester II kita harapkan lebih baik," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, Agus menyoroti kualitas belanja pemerintah yang masih rendah pada kuartal I 2015. Rendahnya penyerapan anggaran pemerintah, kata Agus, disebabkan oleh perubahan nomenkatur dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) sejumlah kementerian/lembaga (K/L) yang belum mendapatkan persetujuan DPR pada periode tersebut.
"Tapi di semester II, yang dicanangkan pemerintah untuk infrastruktur, termasuk upaya untuk merealisasi anggaran akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi semester II. Sampai triwulan II pun belanja negara masih agak pelan, tapi semester II kita harapkan lebih baik," tuturnya.
No comments:
Post a Comment