"Penyimpanan aset sewaktu saham kita hancur yaitu USD (dolar AS)," ujar Head of Equity Research Mandiri Sekuritas John Rachmat saat Paparan Economic Outlook 2015 di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (28/5/2015). John menjelaskan, penyimpanan aset di market seperti saham atau obligasi di tahun ini berpotensi tidak akan mencatatkan keuntungan. Penyimpanan aset dalam dolar AS dalam kondisi pelemahan rupiah dinilai cukup menguntungkan.
"Kalau terjadi koreksi seperti itu maka akan invest apa? Teori investasi saat saham turun itu memegang aset yang korelasi negatif dengan saham, yaitu bonds, tapi bonds ternyata ikut jelek juga, ternyata ada reksa dana campuran, itu isinya saham dan bond.
Tapi di Indonesia saat ini kalau campuran itu akan membawa kerugian. Kalau seandainya pegang dolar, itu waktu saham turun 32% di zaman Soeharto, dolar AS naik 5%, itu zaman Soeharto, begitu reformasi bisa lihat sendiri kan?" jelas dia.
John menyebutkan, Indonesia pernah mengalami 12 kali penurunan IHSG secara tajam dalam 23 tahun terakhir.
"Tahun 1992 pernah turun 18%, tahun 1994, 1995 turun 32%, 2004 turun 18%. Tahun ini juga diperkirakan minus," katanya.
John menyebutkan, Indonesia pernah mengalami 12 kali penurunan IHSG secara tajam dalam 23 tahun terakhir.
"Tahun 1992 pernah turun 18%, tahun 1994, 1995 turun 32%, 2004 turun 18%. Tahun ini juga diperkirakan minus," katanya.
No comments:
Post a Comment