Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perlambatan kinerja properti pada tiga bulan pertama 2015. Hal itu tercermin dari pertumbuhan penjualan dan kenaikan harga hunian yang melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan hasil survei bank sentral, indeks harga properti residensial tumbuh sebesar 1,44 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq) atau tumbuh 6,27 persen dibandingkan Januari-Maret 2014 (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan periode Oktober-Desember 2014 yang sebesar 1,54 persen (qtq) atau 6,29 persen (yoy).
"Perlambatan pertumbuhan harga terjadi pada semua tipe rumah, kecuali rumah tipe kecil yang mengalami kenaikan harga lebih tinggi," kutip riset BI dalam situsnya, Rabu (15/5). Survei BI menunjukan harga rumah tipe kecil tumbuh 1,98 persen (qtq) pada kuartal I 2015, lebih tinggi dari pertumbuhan 1,43 persen pada kuartal IV 2014.
"Tekanan kenaikan harga yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II 2015," jelas BI. Dari sisi penjualan, pertumbuhannya juga melandai dari 40,07 persen pada kuartal IV 2014 menjadi 26,62 persen pada kuartal I 2015. Perlambatan penjualan terutama terjadi pada rumah tipe menengah. "Perkembangan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR)," tulis BI.
Hasil survei juga menunjukkan sebagian besar pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang, yakni mencapai 61,82 persen. Sementara itu, sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan (KPR). Statistik menunjukkan sebanyak 75,45 persen responden masih memanfaatkan KPR sebagai fasilitas pembiayaan rumah, khususnya untuk rumah tipe kecil.
"Tekanan kenaikan harga yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II-2015," kata BI.
No comments:
Post a Comment