Tahun lalu, perusahaan mengumumkan mengalami kerugian hingga US$ 1,86 miliar atau sekitar Rp 24,3 triliun. Kerugian ini membuat Sharp harus melakukan efisiensi dengan memangkas 10 persen tenaga kerja atau sekitar 49 ribu karyawan secara global. Dari jumlah itu, sekitar 3.500 merupakan karyawan lokal.
Perusahaan terpaksa menjual sejumlah properti di markas Sharp di Osaka, untuk mendapatkan suntikan dana segar. Perusahaan juga memangkas gaji karyawan untuk semua level dan berencana mengurangi modal secara drastis. Semua itu dilakukan untuk menyelamatkan neraca keuangan yang memerah. Penjualan perusahaan turun 4,8 persen menjadi 2,78 triliun yen.
"Perusahaan kami dalam kondisi yang sangat sangat sulit," kata Presiden Sharp, Kozo Takahasi kepada wartawan, seperti dilansir dari Yahoo Finance yang mengutip AFP, Kamis 14 Mei 2015. Bisnis Sharp Corp saat ini tengah mengalami hambatan. Seorang sumber ANN membisikkan, manajemen perusahaan berencana melakukan restrukturisasi dengan memangkas sekitar 6.000 karyawan atau lebih dari 10 persen dari total armada perusahaan.
Tujuannya tak lain untuk mengurangi beban gaji karyawan yang sejalan dengan penutupan sejumlah pabrik akibat bisnis yang mandek. Sharp juga dikabarkan berencana melaporkan kebijakannya itu kepada dua bank kreditur mereka, yakni Mizuho Bank dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ dalam waktu dekat. Termasuk di dalamnya rencana restrukturisasi manajemen yang akan disusun pada Mei mendatang.
Salah satu faktor yang menggerus pendapatan Sharp adalah kegagalan dari bisnis TV mereka di Amerika Serikat. Itu sebabnya,Sharp memangkas hampir seluruh karyawan lokal di sana. Rencananya adalah menurunkan target penjualan dengan merumahkan lebih dari 2.000 staf di Amerika Utara dan menjual atau menutup pabrik, termasuk pabrik di Meksiko dengan jumlah staf di bawah 2.000 orang.
Tak hanya itu, Sharp juga mempertimbangkan untuk menurunkan gaji domestik. Pengurangan tersebut akan diimplementasikan melalui pengajuan pensiun dan mengurangi jumlah perekrutan pekerja.
Sharp memprediksi akan mengalami kerugian bersih senilai 30 miliar yen (249 juta dolar AS) pada tahun fiskal 2014, yang akan berakhir pada bulan ini. Hal itu akan menjadi defisit yang dialami Sharp untuk kali pertama dalam dua tahun terakhir.Bulan April 2015 mendatang, kiranya akan menjadi bulan terburuk bagi sebagian karyawan Sharp di Jepang. Sharp Jepang mengumumkan bahwa mereka akan memutuskan hubungan kerja (PHK) ke ribuan tenaga kerjanya yang sebagian besar bekerja di Jepang dan AS.
Dilansir dari Reuters, (19/03), berdasarkan kabar dari Nikkei, Sharp tengah mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan restrukturisasi perusahaan. Mereka berharap, dengan langkah merumahkan sekitar 3.000 pegawainya melalui pensiun sukarela maka dapat menekan biaya perusahaan sekitar 30 miliar yen (USD $250juta) termasuk biaya pensiun karyawan yang masuk di tahun 2015. Sharp juga akan merevisi bisnis-bisnis yang dianggap kurang menguntungkan, seperti bisnis televisi di Amerika Utara.
Mirisnya, Sharp juga akan mem-PHK lebih dari 2.000 orang staf terutama di Amerika, yang mewakili sekitar 10% tenaga kerja di luar Jepang. Tak hanya itu, Sharp juga kabarnya akan menurunkan skala gaji pokok untuk pekerja domestik di sepanjang tahun 2015 bagi karyawan yang masih bekerja di Sharp. Langkah ini terpaksa dilakukan oleh perusahaan untuk mengekang biaya personil.
No comments:
Post a Comment