Monday, May 11, 2015

Index Keyakinan Konsumen April Anjlok dan Terendah Sejak 2013

Bank Indonesia (BI) merilis indeks keyakinan konsumen (IKK) sebesar 107,4 pada April 2015, yang merupakan level terendah sejak September 2013. Koreksi 9,5 poin IKK April dinilai ekonom sebagai alarm buat pemerintah untuk segera mengimplementasikan berbagai kebijakan ramah ekonomi dan bisnis secara konsisten.

Pelemahan IKK tersebut didorong oleh penurunan kedua komponen pembentuknya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Terkini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing turun sebesar 8,6 dan 10,3 poin dari bulan sebelumnya. Hasil survei BI juga mengindikasikan bahwa konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada Juli 2015 semakin meningkat sejalan dengan tingginya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Meningkatnya tekanan kenaikan harga diperkirakan terjadi pada semua kelompok komoditas, dengan kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

“Pembuat kebijakan perlu mengimplementasikan kebijakan yang ramah bisnis secara konsisten untuk menciptakan sentimen positif dan keyakinan pasar. Kedua, realisasi dari proyek infrastruktur,” jelas Aldian Taloputra, ekonom PT Mandiri Sekuritas dalam risetnya, Senin (11/5). Menurutnya, salah satu alasan utama penurunan bertahap IKK karena optimisme konsumen yang turun pada ketersediaan lapangan kerja. Realisasi pada proyek infrastruktur akan menciptakan pekerjaan dan mendorong aktivitas ekonomi.

“Secara keseluruhan, skenario dasar kami memprediksi adanya kenaikan realisasi belanja modal pemerintah ke depannya dan kami memprediksi IKK akan rebound pada semester II 2015,” tuturnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,71 persen pada kuartal I 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year). Artinya perekonomian nasional melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,14 persen secara tahunan.

Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.724 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan.

Suryamin menilai, sumber sentimen negatif yang paling berpengaruh adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan Singapura, yang selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor.

No comments:

Post a Comment