Thursday, May 28, 2015

Analisa Kualitas Hutang dan Infrastruktur Indonesia

HSBC menilai ketergantungan negara-negara berkembang di Asia terhadap utang meningkat enam tahun terakhir, tak terkecuali Indonesia. Kendati demikian, rasio utang Indonesia terhadap PDB Asia merupakan yang terendah dibandingkan negara lainnya di kawasan. HSBC mencatat rasio utang tertinggi di kawasan adalah Singapura, diikuti Jepang, Hong Kong dan Tiongkok. Sementara Indonesia berada di urutan terbawah bersama Filipina dan India.

Frederic Neumann, Managing Director & Co-Head of Asian Economic Research, meskipun jumlah utang meningkat, tingkat investasi di indonesia juga mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi pertimbangan HSBC memberikan prediksi positif terhadap masa depan ekonomi Indonesia.

"Namun, HSBC memandang perlunya pembangunan infrastruktur sebagai propritas utama di Indonesia," tuturnya di Hotel Mulia, Selasa (26/5). Menurutnya, indeks kualitas infrastruktur di Indonesia berada di peringkat kedua terendah dibandingkan negara lainnya. Kualitas infrastruktur Indonesia kalah jika dibandingkan dengan Sri Langka, Malaysia, India, dan Thailand. Indonesia hanya unggul dari Filipina di kawasan Asia.

"Negara-negara macan Asia seperti Singapura dan Korea Selatan masih menempati posisi tertinggi dari sisi kualitas infrastruktur," katanya. Neumann menambahkan pelemahan ekonomi Tiongkok belakangan ini membawa pengaruh kuat terhadap melesunya ekonomi negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melandai ke 4,71 persen pada kuartal I 2015.

HSBC menilai bonus demografi akan menjadi salah satu kekuatan Indonesia di mata investor dalam mengembangkan bisnisnya di Tanah Air. Mendekati 2030, HSBC memperkirakan jumlah penduduk berusia produktif di Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan Tiongkok, Korea selatan, Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Thailand.

"Untuk mengoptimalkan bonus demografi, Indonesia masih harus mengatasi tantangan jumlah sumber daya manusia yang telah mengecap pendidikan perguruan tinggi," tutur Neumann.  Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Bambang P. S. Brodjonegoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 akan berkisar 5,8-6,2 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari outlook tahun ini 5.7 persen.

"Pertumbuhan tersebut akan lebih bertumpu pada faktor-faktor dalam negeri, seperti investasi khususnya infrastruktur dan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah," tuturnya. Sementara untuk laju inflasi, Bambang optimistis pemerintah mampu menjaga di kisaran 4 persen plus minus 1 persen pada tahun depan. Hal ini mempertimbangkam pula rata-rata nilai tukar yang diprediksi sekitar Rp 12.800 - Rp 13.200 per dolar AS.

No comments:

Post a Comment