Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, relatif menurun dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen. Kepala BPS Suryamin menyatakan, penurunan jumlah penduduk miskin sejak 2009 relatif melandai atau tidak berkurang signifikan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah.
"Sejak 2009 angka kemiskinan turun, tapi kecil sekali. Kalau tidak ada penanganan super khusus, (hanya) melandai penurunannya," katanya dalam pemaparan di Jakarta, Jumat (2/1/2014). Suryamin menjelaskan, pemerintah harus berupaya lebih maksimal dalam menjaga harga kebutuhan pokok agar tidak meningkat tinggi dan inflasinya rendah, karena penduduk miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga komoditas.
"Kalau harga naik, tanpa diikuti dengan kenaikan pendapatan, itu bisa memberatkan penduduk miskin, dan garis kemiskinan bisa meningkat. Untuk itu, salah satu solusinya pemerintah harus tetap memberikan bantuan sosial," ujarnya. BPS mencatat angka kemiskinan pada 2009 mencapai 32,53 juta orang atau 14,15 persen, dan jumlahnya cenderung menurun hingga pada Maret 2014 hanya sebesar 28,28 juta orang atau 11,25 persen, sehingga angka penurunannya sekitar 4 juta orang.
Sementara, jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2014 tercatat mencapai 27,73 juta orang atau 10,96 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 28,6 juta orang atau 11,46 persen. Jumlah penduduk miskin terbanyak berada di daerah perdesaan yaitu mencapai 17,37 juta orang atau 13,76 persen, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 8,16 persen.
Pulau Jawa menjadi penyumbang jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu 15,1 juta orang, diikuti Sumatera sebesar 6,07 juta orang, Sulawesi sebesar 2,05 juta orang, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2 juta orang dan Maluku dan Papua sebesar 1,4 juta orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan penduduk miskin periode Maret-September 2014 antara lain laju inflasi yang cenderung rendah, kenaikan upah nominal harian buruh, harga eceran komoditas yang turun dan kenaikan PDB.
BPS juga mencatat selama periode tersebut, garis kemiskinan naik 3,17 persen, dari sebelumnya Rp302.735 per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp312.328 per kapita per bulan pada September 2014, dengan peranan komoditi makanan jauh lebih besar dari komoditi bukan makanan.
Berbagai komoditas yang memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, bawang merah, perumahan, listrik, bensin, pendidikan dan pakaian jadi anak-anak.
Meskipun ada penurunan angka penduduk miskin, namun pemerintah harus tetap waspada, karena jumlah tersebut bisa kembali meningkat pada periode Maret 2015, setelah terjadi penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada November 2014 dan Januari 2015.
No comments:
Post a Comment