“Kami (Fantasea) bergerak di kerajinan kerang. Karena Jawa Timur juga banyak pesisir pantai dan kerang-kerang juga ditangkap oleh nelayan jadi limbah setelah dimakan. Daripada dibuang kami pakai saja kerang-kerang itu,” tutur Stephen ketika ditemui di Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) Award 2015 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Jumat (10/4) lalu.
Pria berlatar pendidikan arsitek ini mengungkapkan melalui pameran dan penjualan online, Fantasea dapat memasarkan sekitar 60–70 persen produksinya ke mancanegara seperti Amerika Serikat, Italia, Australia, dan Jepang. Sementara sisanya dijual langsung di berbagai gerai, khususnya di Bali dan Jawa Timur. Produk yang dipasarkan berupa hiasan, aksesoris, peralatan makan, maupun perabot rumah tangga.
Stephen memperoleh bahan baku kerang sebagian besar dari dalam negeri khususnya dari Kepulauan Maluku dan Madura, Jawa Timur. Kendati demikian, masih ada kerang yang diimpor dari Afrika maupun negara lain. “Kerang itu hanya ada di negara tertentu, jadi nggak umum ada yang di tempat-tempat tropical itu kerangnya hampir sama tapi kalau di laut dingin atau sub tropic itu kerangnya beda,” ujarnya.
Stephen mengaku omzet dari usahanya mencapai US$ 100 ribu–US$ 200 ribu per tahun, 40 persen diantaranya merupakan biaya produksi. Karena sebagian besar penjualannya dilakukan dengan denominasi dolar, tak ayal pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat beberapa waktu lalu sempat meningkatkan penerimaannnya sekitar 20-30 persen.
Ke depannya, prospek industri kerajinan kerang masih akan gemilang meskipun harus terus meningkatkan kualitas dibandingkan kuantitas mengingat terbatasnya bahan baku. Selain itu, Stephen juga berharap pemerintah dapat membantu mempromosikan dan membina pengrajin kerang,khususnya di daerah pesisir, agar dapat meningkatkan nilai tambah dan kualitas karyanya.
“Saya suka sekali kalau mereka (pengrajin kerang) bisa maju karena seperti program Presiden Joko Widodo ‘back to the sea’, balik ke lautan. Jadi harus betul-betul kasih support misalnya dana atau fasilitas supaya mereka juga bisa sukses,” ujar Stephen.
Karya Terbaik Inacraft Award 2015
Stephen patut berbangga, kerajinan “Tusuk Konde Kerang” produksi Fantasea berhasil dinobatkan sebagai kerajinan tangan terbaik (best of best) dalam ajang INACRAFT Award 2015. “Best of the best adalah pemenang dari semua kategori yang angkanya paling tinggi,” kata Juri Senior INACRAFT Award Rahardi Ramelan usai menghadiri acara penobatan tersebut.
Tusuk konde kerang berukuran 15x2 centimeter buatan Fantasea dengan ujung kerang dan tangkai berbahan resin yang disambung dinilai memiliki estetika tinggi. "(Inspirasinya) kami lihat dari (tusuk konde) yang dipakai oleh ibu-ibu dari luar pakai tanduk dari Vietnam saya pikir kenapa nggak dari kerang juga," tutur Stephen.
Sebagai informasi, kriteria yang harus dipenuhi oleh pemenang Inacraft Award 2015 diantaranya kesempurnaan mutu, mengedepankan identitas budaya, inovasi yang kreatif, ramah lingkungan, dapat dipasarkan, serta memiliki tanggung jawab sosial.
Berikut daftar Pemenang INACRAFT AWARD 2015:
- Kategori Keramik: Bowl Kawung Metalic Brown diproduksi oleh Celadona
- Kategori Serat Alam: Round Basket diproduksi oleh PT Asiana Trade Perkasa
- Kategori Tekstil: Cotton Linen Steam diproduksi oleh CV Tarum Bali Sejahtera
- Kategori Kayu: Teak Lamination Stool diproduksi oleh Piguno Furniture
- Kategori Batu-batuan: YF Handycraft diproduksi oleh YH Handworks
- Kategori Metal: Tempat Obat Nyamuk diproduksi oleh Solaris
- Kategori Material Asli Alam yang Lain: Tusuk Konde Kerang (Shell Hair Pin) diproduksi oleh Fantasea (ASEPHI Jatim)
- Kerajinan Tangan Terbaik: Tusuk Konde Kerang (Shell Hair Pin) diproduksi oleh Fantasea (ASEPHI Jatim)
- Produk Berkembang: Sangke/ Tas Daur Ulang Tutup Gelas Disperindagkop Kabupaten Mesuji Lampung
- Produk Berkembang: Daur Ulang Kertas Semen -Kertas Bungkus (Pembina dan Binaan) produksi Kreasi Kertas Semen
No comments:
Post a Comment