Tuesday, April 14, 2015

Laba Bersih Naik 39 Persen Astra Agro Lestari Bagi Dividen dan Investasi 24 Juta Dolar

Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 716 per saham dari kinerja tahun buku perseroan tahun 2014. Dividen itu sudah termasuk dividen interim sebesar Rp 244 per saham yang telah dibayarkan pada 28 Oktober 2014.

"RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) hari ini memutuskan untuk membagikan dividen sisanya sebesar Rp 472 per saham pada 15 Mei 2015. Para pemegang saham yang menerima dividen adalah mereka yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 24 April 2015," ujar Direktur Utama Astra Agro Widya Wiryawan di Jakarta, Selasa (14/4).

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, tahun lalu Astra Agro mencatatkan laba bersih Rp 2,5 triliun atau naik 39 persen ketimbang capaian 2013 di angka Rp 1,8 triliun. Realisasi laba bersih ini tak lepas dari meningkatnya angka produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil(CPO) perseroan yang mencapai 1,74 juta ton atau naik 13,3 persen ketimbang 2013 dan naiknya harga jual rata-rata CPO perseroan tahun lalu sebesar 14 persen dari Rp 7.277 per kilogram (kg) dan Rp 8.283 per kg.

Capaian tersebut mendongkrak pendapatan bersih perseroan tahun lalu berada di angka Rp 16,31 triliun, naik 29 persen ketimbang pendapatan 2013 pada Rp 12,67 triliun. "Kami patut bersyukur tahun lalu bisa merealisasikan program intensifikasi, mekanisme dan otomasi sehingga produksi buah tandan segar (TBS) dan CPO perseroan mengalami pertumbuhan," kata Widya

Guna meningkatkan kapasitas produksi tahun ini, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) berencana menambah dua pabrik pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Sedianya, perusahaan perkebunan yang terafiliasi dengan Grup Astra tersebut akan membangun dua pabrik berkapasitas masing-masing 45 ton per jam di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Selatan.

"Kami berencana membangun infrastruktur (pabrik kelapa sawit) di daerah-daerah yang belum ada. Sementara yang sudah ada kapasitasnya akan ditingkatkan," ujar Direktur Astra Agro Lestari Juddy Arianto di Jakarta, Selasa (14/4).

Juddy mengungkapkan, untuk membangun dua pabrik tersebut manajemen Astra Agro akan menyiapkan dana US$ 20 juta sampai US$ 24 juta. Pasalnya, untuk membangun setiap pabrik dibutuhkan dana berkisar US$ 10 juta sampai US$ 12 juta. "Ini belum termasuk upaya upgrade capacity pabrik yang sudah ada. Dananya akan diambil daricapital expenditure (capex) perseroan tahun ini," terang Juddy.

Tahun ini, Astra Agro diketahui telah menyiapkan capexatau belanja modal sebesar Rp 3 triliun. Sesuai rencana, penggunaan capex akan dibagi ke dalam tiga pos mulai dari upaya penanaman baru dan berulang (replanting) sawit di kebun yang dikelolanya, pengembangan produk dan pabrik kelapa sawit di wilayah-wilayah baru, serta membangun sejumlah infrastruktur di sekitar area tanam.

"Ini termasuk membangun rumah-rumah bagi pegawai kami, jembatan dan jalan untuk mendukung upaya penanaman," tuturnya. Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk menyatakan masih menunggu realisasi pemberlakuan dana pengembangan kelapa sawit atau CPO Supporting Fund yang saat ini tengah digodok pemerintah. Pasalnya, pemberlakuan CPO Supporting Fund dinilai akan memberi dampak pada kinerja perseroan ke depan.

"Jadi itu masih dibahas pemerintah. Posisi Astra Agro saat ini masih menunggu kejelasan dari kebijakan mengenai CPO fund. Termasuk dengan pungutan US$ 50 per ton untuk produk CPO," ujar Direktur Astra Agro Joko Supriyono di Jakarta, Selasa (14/4).

Sebagai pengingat, beberapa waktu lalu pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan akan menarik setoran sebesar US$ 50 per ton untuk produk CPO yang diekspor begitupun untuk ekspor produk turunan Olein di angka US$ 30 per ton. Pemberlakuan CPO fund ini, rencananya dimaksudkan untuk mengembangkan industri CPO serta menutupi beban pemerintah sewaktu membeli produk olahan kelapa sawit berupa biodiesel.

Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai meski pemberlakuan CPO fund akan memberikan dampak negatif pada arus kas Astra Agro untuk jangka pendek. Namun kebijakan tersebut justru akan berdampak positif bagi anak usaha Grup Astra itu dalam jangka menengah dan panjang. Hal ini tak lepas dari adanya penerapan mandatori biodiesel 15 persen (B15) sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) yang sudah ditetapkan pemerintah beberapa waktu kemarin.

"B15 akan berdampak positif pada permintaan CPO domestik. Kalau permintaan CPO melonjak tentunya harga naik. Saya pikir ini akan memberi dampak positif yang cukup besar," tutur David.

Dari hitungannya, David memprediksi pendapatan Astra Agro 2015 berada di kisaran Rp 18,37 triliun, naik 12,6 persen ketimbang pendapatan 2014 di angka Rp 16,31 triliun. Sementara untuk laba bersih perseroan tahun ini ditaksir mencapai Rp 3,31 triliun naik Rp 810 miliar dibandingkan tahun lalu.

"Berangkat dari hitungan ini target price untuk AALI berada di level 35 ribu per saham dengan PE (price earning) di 14,9 kali sampai 17 kali dari PE sektoral di 15 kali," ungkap David.

No comments:

Post a Comment