Sunday, April 12, 2015

Pemerintah Tangkal Serbuan Makanan-Minuman Impor

Pemerintah berupaya meningkatkan daya saing industri makanan-minuman dalam negeri sebelum berlakunya kesepakatan masyarakat ekonomi Asean (MEA) memungkinkan produk-produk sejenis membanjiri Indonesia. "Tujuannya, agar tercipta pembangunan industri yang berkelanjutan dengan struktur dan kapabilitas industri yang tangguh serta nilai tambah yang tinggi," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (10/4).

Saleh menjelaskan peran industri makanan-minuman cukup kuat karena bisa menyerap tenaga kerja hingga 1,6 juta orang. Saleh menjelaskan, industri agro dengan subsektor industri pangan olahan akan menjadi salah satu prioritas program pemerintah untuk dibantu perkembangannya melalui suatu kelompok kerja.

Kelompok kerja ini merupakan forum harmonisasi di antara negara anggota Asean dibawah Asean Consultative Committee on Standard and Quality for Prepared Foodstuff Product Working Group(ACCSQ-PFPWG). Selain itu, Saleh menilai penguatan industri makanan minuman mampu memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi nasional. Pada 2014 kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap produk domestik bruto (PDB) non migas sebesar 36,94 persen. Pertumbuhan cabang industri ini terhadap industri non-migas mencapai 8,8 persen.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga meminta peningkatan kinerja dan pembenahan sektor makanan-minuman. Hal ini dikarenakan, peran penting sektor tersebut sebagai indikator bahaya bagi ekonomi negara jika kondisinya menurun.

"Terutama makanan pokok, akan berpengaruh pada ekonomi secara keseluruhan," kata JK beberapa waktu lalu. Berdasarkan perhitungan Kementerian Perindustrian, investasi sektor industri makanan dan minuman bisa memberikan kontribusi sebesar 33,3 persen dari total investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA), investasi sektor industri makanan memberikan kontribusi sebesar 25,09 persen.

Saat ini nilai investasi PMA ini mencapai US$ 2,54 miliar atau meningkat 71,34 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya. Diantara investor asing, Jepang masih masuk lima besar investor terbesar dalam negeri. Realisasi penanaman modal dari negara ini mencapai US$ 412,1 miliar sepanjang periode 2010-2014.

"Target Indonesia baru sesuai Nawa Cita Kabinet Kerja antara lain kedaulatan pangan akan diupayakan seluas-luasnya dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri melalui pengembangan industri berbasis agro, baik sebagai bahan pangan pokok mapun untuk memenuhi bahan baku industri makanan dan minuman," kata Saleh

No comments:

Post a Comment