Bagi pengusaha kerajinan tangan, kreativitas adalah modal yang paling berharga. Kreativitas memungkinkan pengrajin mematok harga jual tinggi hingga mencapai puluhan kali lipat dari biaya bahan baku yang dikeluarkannya, tak terkecuali bagi Putu Sudi Adnyani, pemilik merek aksesoris Bara Silver dari Bali.
“Karena barang seni jadi saya menjual sesuka hati saya. Bisa 10 kali lipat dari modal. Pernah saya punya desain yang saya suka banget, dengan modal Rp 8 juta, saya pernah jual Rp 60 juta,” tuturnya ketika ditemui dalam gelaran Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2015 di Jakarta Convention Center, Kamis (9/4).
Wanita yang akrab disapa Bara ini merintis usaha produksi aksesorisnya di Desa Celuk Bali, Kabupaten Gianyar, Bali. Sebuah desa yang terkenal sebagai daerah pengrajin logam di Bali.
Daun, kayu, ukiran yang banyak terdapat di Bali merupakan inspirasi Bara dalam menciptakan aksesoris perhiasan mulai dari kalung, gelang, anting dan cincin. Karena desainnya yang artistik, koleksinya pernah ikut mempercantik pagar ayu pernikahan presenter Raffi Ahmad dan Nagita Slavina beberapa waktu lalu.
“Dapet order melalu pameran pas bertemu ibunya artis Raffi Ahmad dan tantenya. Jadi saya juga diundang ke pernikahan Raffi dan Nagita di Jakarta dan Bali,” ceritanya. Dalam menciptakan karyanya, Bara menggunakan berbagai bahan logam. Awalnya, koleksinya banyak didominasi oleh logam emas dan perak namun karena kondisi perekonomian yang sedang kurang baik Bara mulai mengakali dengan memanfaatkan logam tembaga, kuningan, dan alpaca.
“Jadi kalau dulu harga jual nya sampai Rp 6 juta-Rp 7 juta, sekarang dengan model yang sama bisa dapat lebih murah, walaupun agak beda dikit, tetap mewah, tetap elegan,” ujarnya.
Harga jual aksesoris perhiasan Bara dibanderol di kisaran ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, tergantung dari bahan dan tingkat kesulitan pembuatan. “Karena saya pernah menjadi guide ketika orang membeli barang yang bukan seni dengan harga yang sangat mahal dia complain kan. Tapi kalau barang seni seperti ini kalau memang suka, dia tidak akan complain,” jelas Bara.
Awal Mula USaha
Berawal dari keisengannya 10 tahun lalu dalam membuat sebuah perhiasan dengan modal Rp 1,2 juta, kini omzet Bara Silver dapat mencapai Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per bulan. Sementara, komponen biaya bahan baku ada di kisaran 20 hingga 30 persen dari total omzet. Tidak jarang bahan baku sudah disediakan oleh pemesan sehingga Bara hanya mengenakan biaya pembuatan.
“Saya bikin dulu (pertama kali) kalau tidak salah modal Rp 1,2 juta. Itu dulu bahannya dari perak, jualnya Rp 1,8 juta,” tuturnya. Dengan dibantu oleh seratus pengrajin dari Desa Celuk Bali serta sepuluh orang pegawai administrasi, Bara melayani pelanggan yang berasal dari dalam dan luar negeri, baik sebagai peritel langsung atau yang akan menjualnya lagi di toko lain, maupun produsen pesanan khusus.
Sebagian kecil produknya ada yang diekspor ke Australia, Perancis, dan Jerman, bergantung dari pesanan. Menurut Bara, dalam 5 tahun terakhir permintaan dari luar tidak terlalu banyak karena kondisi perekonomian sedang tidak baik.
Bara menyarankan, agar pengusaha kerajinan tangan tetap eksis dan dapat dihargai kreativitasnya maka pengusaha harus memiliki banyak jaringan, yang dapat diperoleh dengan aktif mengikuti pameran, serta memperbanyak teman. Selain itu, pengusaha harus jujur dan baik melayani pelanggan.
“Kalau kita sudah jujur dalam memperlakukan customer, mereka tidak akan pindah. Walaupun ada orang menjiplak dari desain kita, ada yang jual lebih murah, customer tetap beli ke Bara,” ujarnya sambil tertawa
No comments:
Post a Comment