Indonesia merupakan salah satu negara eksportir batu bara terbesar di dunia. Hampir seluruh produksi batu bara dalam negeri diekspor ke Tiongkok, India, dan negara-negara lain. "Produksi batu bara kita 2014 mencapai 435 juta ton. Melebihi target yang kita tentukan sebanyak 420 juta ton," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM R Sukhyar ditemui di kantornya, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (6/1/2015).
Sukhyar mengatakan, dari produksi 435 juta ton tersebut, sebanyak 82,5% atau 359 juta ton diekspor. Pasar ekspor batu bara terbesar adalah India dan Tiongkok. Sukhyar menambahkan, artinya kewajiban memasok kebutuhan batu bara dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) pada 2014 hanya 76 juta ton. Tidak mencapai target yang ditetapkan pemerintah.
"DMO-nya hanya 76 juta ton, padahal kita menargetkan 92 juta ton. Namun yang terserap memang hanya 76 juta ton," tuturnya. Minimnya penyerapan batu bara di dalam negeri, menurut Sukhyar, tidak lepas dari sejumlah pembangkit listrik yang belum selesai terbangun. "Paling banyak konsumsi batu bara itu listrik, 80% lebih," ungkapnya.
Ke depan, lanjut Sukhyar, penyerapan batu bara di dalam negeri diperkirakan lebih baik. Sebab, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) yang mayoritas bertenaga batu bara.
"Walaupun 35.000 MW sudah masuk semua pada 2019, kebutuhan batu bara dalam negeri hanya sekitar 153 juta ton dari produksi 442 juta ton. Artinya 65% atau 289 juta ton masih diekspor," tutupnya.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi produksi batubara nasional tahun lalu sekitar 435 juta ton, turun 8,23 persen dari pencapaian 2013 sebanyak 474 juta ton. “Sementara itu perkiraan ekspor batubara pada 2014 hanya mencapai 359 juta ton, turun 5,77 persen dari capaian 2013 sebanyak 381 juta ton,” ujar Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM R. Sukhyar di Jakarta, Selasa (6/1).
Menurut Sukhyar, sebanyak 251 juta ton batubara yang diekspor diproduksi pada 2014 memiliki kadar kalori dan 145 juta ton adalah batubara kalori tinggi. Sementara sisanya, 38 juta ton, merupakan batubara kalori rendah.
Kendati produksi turun pada 2014, Sukhyar mengatakan secara kumulatif produksinya meningkat rata-rata 14 persen per tahun sejak 2009. Sementara dari sisi konsumsi domestik hanya sekitar 20-25 persen dari total produksi nasional atau hanya tumbuh 4 persen per tahun.
“Diperlukan pengendalian produksi batubara dan meningkatkan serapan batubara domestik agar batubara dapat memberikan manfaat yang optimal bagi negara,” kata Sukhyar.
Sebagai informasi, realisasi serapan dari alokasi batu bara domestik (domestic market obligation/DMO) sepanjang 2014 hanya 76 juta ton. Padahal dalam Keputusan Menteri ESDM No. 2901/K/30/MEM/2013, target serapan ditetapkan sebanyak 95,55 juta ton.
Lebih lanjut, dari total jumlah tersebut, sebanyak 85 persen dicanangkan bagi kebutuhan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan sisanya sebesar 15 persen dialokasikan untuk sektor industri. Adanya selisih sekitar 19,55 juta ton dari target serapan domestik karena asumsi perkiraan yang berlebih (overestimated) saat penyusunan alokasi domestik.
No comments:
Post a Comment