Petani di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menggelar bulan panen raya pada bulan ini di lahan pinggir Sungai Bengawan Solo. Panen raya dipercepat untuk menghindari banjir besar yang diprediksi terjadi pertengahan Januari 2015.
Panen raya digelar di 15 desa di pinggir Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Lahan yang dipanen seluas 2.761 hektare, dengan rata-rata produksi 8 ton per hektarenya. Padi gabah kering sawah ini di tingkat petani seharga Rp 4.260-4.400 per kilogramnya. Panen digelar serentak dan langsung dihadiri Bupati Bojonegoro Suyoto di Kecamatan Kanor, Jumat, 2 Januari 2015.
Instruksi panen raya dari Dinas Pertanian di kawasan Kecamatan Kanor ini sebagai tindakan tepat. Sebab, dalam ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, curah hujan di Bojonegoro dan sekitarnya cukup tinggi. Wajar jika pada Januari-Februari potensi banjir cukup tinggi.
Kebetulan, di Kecamatan Kanor, terdapat sembilan desa berpotensi banjir. Lokasi sawahnya berada di pinggir Sungai Mekuris, anak Sungai Bengawan Solo. Lahan sawah di beberapa desa dilewati tanggul sepanjang lebih dari 12 kilometer. Dua pekan lalu, lima desa di Kecamatan Kanor diterjang banjir bandang akibat tanggul Sungai Mekuris jebol selebar 5 meter. Akibatnya, sekitar 200 rumah di Desa Tejo, Pesen, Samberan, dan Piyak terendam banjir. "Banjirnya parah," ujar Qomar, warga Desa Tejo.
Padahal puncak musim hujan diperkirakan baru terjadi pertengahan Januari-Februari ini. Jika itu terjadi, potensi banjir di permukiman pinggir Sungai Bengawan Solo dan 13 anak sungainya kemungkinan akan terendam banjir. Di luar itu, sekitar 30 persen luas lahan pertanian (sekitar 97 ribu hektare) di Bojonegoro berada di pinggir Sungai Bengawan Solo.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro Ahmad Djupari menuturkan panen raya awal Januari ini sebagai tindakan tepat. Lahan yang panen kebetulan memulai tanam pada akhir Oktober dan sebagian awal November lalu. Para petani bisa memulai tanam padi karena airnya berasal dari Sungai Bengawan Solo.
Namun, pada musim hujan seperti ini, terjadi potensi kerusakan padi alias puso. Alasannya, lahan di pinggir Bengawan Solo akan terendam banjir sehingga mengalami gagal panen. "Makanya, sebelum banjir, kita panen dahulu," ujar Ahmad Djupari.
No comments:
Post a Comment