Friday, January 2, 2015

IHSG Melesat Pada Awal Tahun dan Rupiah Tetap Turun

Menguatnya bursa Asia dan optimisme pasar menyambut pasar keuangan pada 2015 membuat indeks kembali menguat. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan hari ini menguat 15,82 poin (0,3 persen) ke level 5.242,77.

Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, mengatakan pembukaan pasar Asia yang positif pada hari pertama tahun baru ikut mempengaruhi IHSG. Selain itu, perdagangan efek yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo menambah optimisme pelaku pasar. "Indeks melanjutkan tradisinya menguat di hari pertama perdagangan setiap awal tahun."

Euforia menyambut tahun baru berhasil menjaga laju positif IHSG yang telah menguat selama empat hari berturut-turut sejak 23 Desember 2014. Penguatan indeks saham ini cukup mampu menutup sentimen negatif dari memburuknya data-data ekonomi pada awal bulan. Inflasi Desember melonjak ke 2,5 persen dan neraca perdagangan kembali defisit US$ 250 juta.

Menurut Lanjar, selain euforia awal tahun, pasar juga merespons positif kebijakan subsidi tetap yang berimbas penurunan harga BBM bersubsidi jenis Premium ke Rp 7.600 per liter. Dengan adanya subsidi tetap, mekanisme subsidi BBM akan menyesuaikan dengan harga pasar. "Artinya, dana yang akan dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur tidak akan dikoreksi."

Lain di pasar saham, lain pula di pasar uang. Rupiah justru kembali keok terhadap dolar Amerika. Pada transaksi hari ini, rupiah turun tajam 158 poin (1,27 persen) ke level 12.545 per dolar Amerika. Rupiah melemah seiring dengan penguatan indeks dolar terhadap mata uang utama dunia.

Analis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan defisit perdagangan menjadi faktor utama yang menyebabkan rupiah melemah. "Pasar kecewa karena defisit perdagangan semakin membengkak, padahal sebelumnya estimasi pasar memperkirakan surplus tipis."

Menurut Ariston, defisit perdagangan ini menunjukkan bahwa efek turunnya harga minyak mentah dunia mulai terasa. Harga minyak mentah dunia yang terus melemah sejak awal kuartal keempat 2014 memicu tekanan terhadap harga komoditas. "Sebagai negara yang mengandalkan ekspor berbasis komoditas, Indonesia sangat terbebani turunnya harga minyak dunia."

Indeks Harga Saham Gabungan pada awal tahun dibuka pada level 5.233,80 atau menguat 6,85 poin (0,13 persen) dibandingkan perdagangan akhir 2014. Perdagangan efek hari pertama tahun ini resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo.  "Dengan memohon ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Bismillahirrohmanirrohim, aktivitas perdagangan efek, tahun 2015 saya nyatakan resmi dibuka," kata Jokowi di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 2 Januari 2015.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Selasa, 30 Desember 2014, Indeks saham juga ditutup menguat. Pada perdagangan terakhir di tahun kuda kayu ini, Indeks saham menguat 48,57 poin atau 0,94 persen ke level 5.226,947.

Jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan 2013 yang berada di level 4.274,18, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam keterangan tertulis menyatakan, meski diwarnai berbagai peristiwa politik maupun ekonomi, pasar modal Indonesia tetap mengalami pertumbuhan yang menggembirakan sepanjang 2014.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, kehadiran Presiden diharapkan mampu memberi dorongan semangat, komitmen, serta kesungguhan pelaku pasar tahun ini.  Muliaman melaporkan bahwa pertumbuhan Indeks saham pada 2014 mencapai 22,3 pesen. Angka itu salah satu yang tertinggi di Asia melampaui Singapura, Thailand, serta Malaysia. "Ini berkat dukungan penuh pemerintah, serta sinegi antara BI dan DPR," kata dia.

Dia berharap prestasi 2014 bisa menjadi bekal pada tahun ini. Meski begitu, Muliaman tetap mengingatkan adanya tantangan ekonomi baik dari global maupun domestik. "Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN akan memberi warna tersendiri bagi industri keuangan nasional," kata Muliaman. Dengan dukungan pemerintah, dia yakin kondisi industri keuangan nasional bisa tumbuh positif.

No comments:

Post a Comment