Produsen serat kain dan benang untuk bahan baku ban, PT Indo Kordsa, meresmikan pabrik keduanya di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pabrik senilai Rp 1 triliun ini diresmikan langsung oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin. CEO Indo Kordsa Cenk Alter menuturkan, pabrik ini bakal memproduksi 2 produk yakni serat polyester dan benang atau serat untuk ban. Pabrik yang dibangun di atas lahan seluas 24 hektar ini bakal memproduksi 18 juta ton serat atau benang ban per tahun, dan 14 juta ton serat polyester per tahun.
"Dengan adanya pabrik ini, total investasi kami di Indonesia menjadi US$ 200 juta (Rp 2,4 triliun), dan kapasitas kami secara total menjadi 105 juta ton," tutur Cenk saat peresmian pabrik Indo Kordsa di Citeureup, Bogor, Selasa (6/1/2015). Indo Kordsa, perusahaan asal Turki, sudah memiliki 2 pabrik di Indonesia. Pabrik pertama didirikan pada 2012. "Kami sudah investasi di Asia sejak 2007," ujar Cenk.
Presiden Direktur Sabancing Holding Industry Group (induk usaha Kordsa) Mehmet Pakarun menuturkan, investasi yang dilakukan kali ini merupakan investasi yang paling besar dilakukan holding di luar Turki. Dia beralasan, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi basis produksi di Asia. "Investasi bernilai US$ 100 juta (Rp 1 triliun), itu terbesar di luar Turki untuk Sabancing. Hari ini menyimbolkan pertumbuhan kami di Asia Pasifik. Indonesia merupakan lokasi investasi yang kami pilih," jelas Mehmet.
Di kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian yang didapuk untuk melakukan peresmian berharap Indo Kordsa semakin ekspansif untuk melakukan investasi dalam beberapa tahun ke depan. Mengingat, perekonomian terus tumbuh dan semakin dekat dalam menghadapi pasar bebas ASEAN.
"Kami harapkan dalam beberapa tahun ke depan ada pabrik kedua, ketiga dan seterusnya," kata Saleh. Perusahaan pembuat ban asal Turki, PT Indo Kordsa baru saja meresmikan pabriknya yang kedua senilai Rp 1 triliun di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pabrik ini menyerap ratusan tenaga kerja dari sekolah menengah kejuruan di kawasan Kabupaten Bogor.
Presiden Direktur PT Indo Kordsa Nuri Duzgoren mengatakan, selain meningkatkan kapasitas produksi serat nilon dan polyester untuk keperluan bahan baku ban, dibukanya pabrik kedua ini juga membuka lebih luas lagi lapangan pekerjaan di sekitar lokasi pabrik.
"Peresmian ini merupakan wujud kami dengan meningkatkan kapasitas produksi. Pabrik kami juga membuka lapangan kerja baru. Kami 168 karyawan baru di 2014," tutur Nuri di acara Peresmian Pabrik kedua Indo Kordsa, di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/1/2015).
Nuri mengatakan, yang menarik adalah, para pekerja-pekerja yang bekerja di pabrik perseroan menyuplai bahan baku ban untuk merek-merek global ini kebanyakan diserap dari sekolah menengah kejuruan (SMK) di kawasan pabrik. SMK-SMK tersebut sebelumnya sudah menandatangani perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan untuk langsung bekerjasama.
"Kita mempekerjakaan karyawan baru kebanyakan datang dari 11 SMK yang telah menandatangani MoU atau surat perjanjian dengan Indo Kordsa di kawasan pabrik seperti Citeureup, Cibinong, dan Bogor," tuturnya. Mereka diberikan pelatihan agar bisa bersaing dengan pekerja-pekerja lainnya yang juga datang dari Turki. "Kita berikan pelatihan yang sesuai untuk pekerja yang baru sehingga mereka bisa berkompetisi di era industri," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Director Sabanci Holding, Mehmet Pakarun mengatakan, salah satu alasan perusahaan terus berekspansi di Indonesia adalah karena tenaga kerja dan keuletan tenaga kerja di Indonesia. "Daya tarik Indonesia lebih kepada wirausaha muda dan jiwa kerja tenaga kerjanya yang selalu ingin lebih baik, setiap hari," tutupnya. Tahukah anda? Ban yang selama ini terpasang di kendaraan tak hanya terbuat dari karet. Ban juga memiliki satu komponen bahan baku yang berupa benang atau serat, yang membuat tekstur dan fleksibilitas ban lebih sempurna.
Salah satu produsen serat polyester dan nilon untuk ban itu dibuat di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Bagaimana penampakan pabrik yang bernama PT Indo Kordsa tersebut? Pabrik yang terletak tak jauh dari gerbang tol Sentul City ini berdiri di atas lahan 24 hektar, dan mampu memproduksi hingga 105 juta kg atau 105 ribu ton serat ban, baik nilon ataupun polyester.
Menurut salah satu keterangan dari staf PT Indo Kordsa, proses produksi dimulai dari proses polymerisasi, yang mana bahan baku berupa flake atau chip nylon dan polyester, yang dipanaskan dan dibentuk menjadi helaian serat benang. Chip atau flake sendiri bentuknya sedikit menyerupai gula pasir, namun dengan dimensi yang lebih besar.
"Di situ namanya proses polymerisasi, proses pembuatan benang nanti jadinya benang halus gitu," katanya di lokasi, Selasa (6/1/2015).
Setelah melalui proses tersebut, helaian benang-benang tersebut masuk ke proses berikutnya yang disebut twisting. Twisting ini maksudnya adalah penggabungan benang-benang agar menjadi lebih tebal dan kuat. "Kalau bahasa Indonesianya itu dipilin. Itu twisting begitu," tuturnya.
Tak banyak pekerja yang ada di pabrik yang total investasinya mencapai US$ 200 juta ini, karena kebanyakan proses produksi dilakukan secara otomatis menggunakan mekanisasi mesin. Tugas dari pekerja hanya mengoperasikan dan melakukan perawatan mesin-mesin tersebut.
Setelah proses twisting, benang-bennang tersebut akan masuk ke proses pemintalan, dan menghasilkan serat nylon atau fiber yang bentuknya seperti kain namun dengan pori-pori yang besar. "Bentuknya kayak jala ikan, setelah itu dimasukan ke dalam cairan kimia, itu akan jadi (produk)," sebutnya.
Mesin-mesin di pabrik ini tak pernah berhenti bekerja. Tak hanya dari orang lokal saja, pekerja di pabrik serat ban ini langsung diimpor dari Turki, asal PT Indo Kordsa. Suasana di pabrik pun tampak bersih, dan menerapkan disiplin yang cukup ketat. Jika sudah berapa di area produksi, kita tak boleh sembarangan memotret atau produk atau proses produksi, hanya di titik-titik tertentu saja kita boleh mengambil gambar. Lalu, 90% dari kompleks pabrik ini adalah area bebas asap rokok.
Demi keselamatan, saat memasuki area pabrik sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dan penutup telinga, karena ada beberapa mesin yang menimbulkan suara yang sangat bising. "Mesinnya nggak pernah tidur, 24 jam 7 hari non stop," kata staf itu.
No comments:
Post a Comment