Sunday, May 10, 2015

Anggaran Infrastruktur Beri Sentimen Positif Sementara Perombakan Kabinet Beri Sentimen Negatif Pada IHSG

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bakal menguat seiring dengan kebijakan pemerintah pusat menggelontorkan anggaran infrastruktur senilai Rp 290,3 triliun. Kepala Informasi dan Edukasi BEI Area II BEI Nur Harjantie mengatakan Kebijakan itu akan mendorong sentimen positif investasi di Indonesia

“Investasi akan semakin berkembang lebih baik,” kata dia  di Surabaya, Ahad, 10 Mei 2015. Hal ini membawa optimisme bagi para investor. Dengan perbaikan infrastruktur, dana asing akan semakin banyak yang masuk ke Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan lokal diharapkan go public. “Dengan cara itu perusahaan bisa cepat survive dan melakukan perluasan pasar.” Selama ini banyak perusahaan lokal yang bonafit tapi tidak berkembang pesat lantaran masih terbelit utang di bank.

Jika perusahaan telah go public maka pembiayaan langsung melalui lantai pasar modal. Salah satu contohnya adalah Tunjungan Plaza Surabaya, Telkom, dan beberapa perusahaan yang telah memiliki pasar besar. “Kami sebagi regulator pasar modal optimistis pasar akan semakin baik.” Saat ini saja, IHSG moncer. Indeks diperkirakan akan melewati angka 5.200 hingga 5.250 pekan depan. Sentimen positif ini terjadi seiring dengan adanya penguatan ekonomi global.

Analis dari LBP Interprise, Lucky Bayu Purnomo, memprediksikan perombakan sejumlah menteri di bidang ekonomi bakal memberikan sentimen negatif terhadap pasar bursa. Para pelaku pasar, kata dia, hanya akan melakukan transaksi jangka pendek.

“Angka IHSG akan berada di level 5.100-5.150,” ucap Lucky saat dihubungi, Ahad, 10 Mei 2015. Menurut Lucky, sentimen negatif akan berakhir setelah adanya menteri baru. Dia memprediksi IHSG akan berada di angka 5.500-5.600. “Reshuffle selesai respons positif.”

Isu perombakan kabinet dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa waktu lalu. Kinerja empat menteri ekonomi paling disorot, yaitu Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, dan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.

Menurut Lucky, kinerja Sofyan, Rini, dan Bambang yang paling disorot pasar. Sebab, ketiganya tidak mampu membawa perubahan ekonomi. Rupiah masih tertahan di angka Rp 13 ribu dan pertumbuhan ekonomi yang hanya 4.7 persen. “Ketiganya belum ada kontribusi dan akhirnya pasar menghakimi,” ujar Lucky.

Sofyan tak ambil pusing dengan isu perombakan kabinet. Begitu juga dengan Rini yang menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden Joko Widodo. Adapun Bambang menanggapinya dengan santai. Bekas Wakil Menteri Keuangan ini hanya mengatakan, “Terserah,” ucapnya.

No comments:

Post a Comment