Ia menjelaskan harga CPO saat ini masih di bawah ambang batas pengenaan bea keluar yakni di level US$ 750. Sehingga bea masuk CPO dan produk turunannya ditetapkan nol persen untuk periode Januari 2015. "Karena harga CPO internasional masih lemah," kata Partogi, Jumat, 2 Januari 2015. Pelemahan harga itu, ia menambahkan, disebabkan pasar dibanjiri minyak nabati dunia, terutama oleh minyak nabati dari sumber lain sebagai kompetitor CPO.
Kebijakan bea keluar periode Januari itu didasarkan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 93/M-DAG/PER/12/2014 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar. Dalam membuat kebijakan ini, Kementerian Perdagangan telah berkoordinasi dengan instansi terkait.
Produk pertanian dan kehutanan yang dikenakan bea keluar adalah produk CPO, biji kakao, kayu, dan kulit. Penetapan HPE CPO didasarkan pada harga referensi CPO USD 696,60 per metrik ton, turun dari bulan sebelumnya US$ 733,16 per metrik ton. Sehingga didapat HPE CPO sebesar US$ 625 per metrik ton, turun dibandingkan bulan sebelumnya USD 662 per metrik ton.
Sedangkan harga referensi biji kakao turun dari US$ 2.929,75 menjadi US$ 2.885,57 per metrik ton. Akibatnya, HPE juga turun dari U$ 2.631 menjadi US$ 2.589 per metrik ton. Sementara itu, HPE dan bea keluar produk kayu dan produk kulit sama dengan bulan sebelumnya.Kinerja ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tahun ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Dengan sisa waktu tiga bulan, pengusaha sawit pesimistis nilai ekspor CPO melampaui perolehan pada 2013.
"Kinerja ekspor CPO 2014 tidak terlalu bagus dibanding tahun lalu," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono di Sekretariat Gapki, Jakarta.
Menurut Joko, sampai September 2014 saja, ekspor CPO baru menyentuh 99 persen dibanding perolehan tahun lalu. "Masih minus 1 persen. Jadi, kemungkinan tahun ini dengan sisa waktu tiga bulan, bayangan saya angkanya tidak lebih baik daripada tahun lalu," ujar Joko.
Berdasarkan catatan Gapki, nilai ekspor pada 2013 mencapai 19,7 juta ton. Sisa waktu tiga bulan dinilai Joko tak akan cukup membantu meningkatkan kinerja ekspor. Sebab, sepengetahuannya, tertekannya harga CPO membuat pengusaha enggan mengekspor CPO. "Saya dengar, orang juga sudah susah menjual. Memang masih ada waktu tiga bulan, tapi dugaan saya, sih, tidak akan lebih tinggi daripada tahun lalu," tutur Joko.
No comments:
Post a Comment