Operator seluler, PT Telkomsel, tengah berfokus menggarap layanan machine to machine (M2M) berupa solusi yang menyediakan sistem pengendali yang ditargetkan bagi pelanggan perusahaan. Solusi ini terdiri atas platform, control center, dan aplikasi platform.
Dalam menghadirkan M2M, target utama Telkomsel adalah sektor perbankan, otomotif, dan utilities atau rumah pintar. Lewat solusi ini, pengguna dapat menjalankan alat atau mesin lewat perangkat bergerak. Layanan tersebut diaktifkan melalui kartu SIM yang dirancang khusus.
“Ini adalah bagian dari inovasi Telkomsel yang bukan hanya dinikmati oleh korporasi, tetapi juga konsumen perorangan,” ujar Vice President Corporate and Community Telkomsel Primadi K. Putra di Jakarta. Konsumen perorangan yang dia maksud adalah saat aplikasi M2M yang digunakan perusahaan kemudian dijadikan fasilitas bagi masyarakat. Misalnya, kata Primadi, aplikasi mobile banking, mobil pintar, serta alat pengukur gas dan air.
Sejak diperkenalkan pada 2003, total pelanggan M2M Telkomsel berjumlah 1,5 juta. Rinciannya, satu juta berasal dari pelanggan perusahaan, sisanya pelanggan perorangan. Primadi mengatakan saat ini potensi pasar M2M di Tanah Air mencapai 4,7 juta dari koneksi seluler. Sedangkan pada 2015 diprediksi berjumlah 5 juta. “Target kami, tahun depan bisa menyasar 60 persen dari pasar,” katanya.
Konsumen terbesar M2M Telkomsel paling banyak berasal dari perbankan, yakni sebesar 40 persen. Disusul oleh otomotif (25 persen), utilities (25 persen), dan sisanya sektor lain. M2M menyumbang 1,5 persen dari total pemasukan Telkomsel pada 2014. Perusahaan menargetkan peningkatan hingga 2,5 persen pada tahun depan.
Operator seluler Telkomsel tengah berfokus menyediakan layanan big data berupa informasi dan analisis data pelanggan yang diberi nama MSight. Layanan yang diluncurkan pada 6 November 2014 ini ditargetkan bagi konsumen perusahaan. Big data menghadirkan informasi secara real-time yang kemudian dimanfaatkan oleh klien perusahaan untuk meningkatkan performa. Panduan tersebut nantinya diterapkan untuk memasarkan layanan atau produk, serta beriklan.
"Big data juga sebagai langkah Telkomsel untuk menuju perusahaan digital," ujar Vice President Digital Advertising Telkomsel Haryati Lawidjaja di Jakarta, Jumat, 7 November 2014. Dia mengatakan perusahaan digital sudah seharusnya lebih memanfaatkan layanan data untuk mendukung pengembangan bisnis. Nantinya, perkembangan bisnis diharapkan mampu mendorong perekonomian nasional.
Haryati mengungkapkan, Indonesia memiliki masa depan cerah di sektor pemasaran, khususnya periklanan. Dia mengutip prediksi lembaga McKinsey yang menyebutkan pengeluaran untuk iklan di Indonesia pada 2018 mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 243,5 triliun. "Ini di atas Cina dan India. Kita harus bisa memanfaatkannya," ucap Haryati.
Big data Telkomsel menggabungkan data secara agregat terhadap seluruh pelanggannya. Agregat diolah menjadi data insight yang kemudian dipaparkan kepada klien. Adapun proses ini diklaim menjamin privasi dengan tidak adanya pembagian data pelanggan ke pihak lain.
"Lama proses pengolahan data tergantung dari kebutuhan perusahaan. Kalau cepat, bisa kurang dari satu bulan," kata General Manager Data Insight Sales Telkomsel Stevy Kosasih di tempat yang sama. Dia menambahkan, lama proses ini juga tergantung pada rentang waktu pengumpulan data.
Stevy mengatakan saat ini sudah ada tiga perusahaan yang tengah memanfaatkan layananbig data. Ketiganya berasal dari sektor retail dan penerbangan. Dia menyebutkan lima perusahaan sedang menjajaki pemanfaatan layanan tersebut.
Big data diyakini mampu memberikan panduan yang signifikan bagi pelaku bisnis. Soalnya, agregat pelanggan Telkomsel mewakili sebagian besar pengguna data Internet di Indonesia. Saat ini Telkomsel menjadi operator seluler terbesar di Indonesia dengan 139,3 juta pelanggan. Dengan jumlah tersebut, pangsa pasar Telkomsel 51 persen.
No comments:
Post a Comment