Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan target pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini sebesar 16 persen. Angka tersebut merupakan rata-rata pertumbuhan rencana bisnis bank (RBB) yang diajukan oleh para bankir kepada OJK.
"Dari rencana bisnis bank-bank yang disampaikan ke OJK, 2015 itu mereka secara keseluruhan menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 16 persen. Menurut kami itu angka yang lebih tinggi dari tahun 2014 sehingga dengan demikian ruang gerak di tahun 2015 lebih besar," jelas Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di kantornya, Senin (5/1).
Muliaman meyakini kebijakan pemerintah mencabut subsidi premium di tengah penurunan harga minyak mentah dunia akan mengurangi tekanan likuiditas sehingga berpotensi mendongkrak pertumbuhan kredit. "Saya rasa lebih banyak positifnya. Saya sangat berharap ada ruangan yang lebih besar di tahun 2015 sehingga dengan demikian pertumbuhan, pengetatan likuiditas dan sebagainya bisa diselesaikan, kemudian pertumbuhan kredit bisa sedikit meningkat," ujarnya.
Kendati prospeknya positif, Muliaman mengingatkan perbankan untuk mengantisipasi rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan pada kuartal II 2015. Namun Muliaman optimistris reformasi kebijakan subsidi BBM pemerintah, dengan mengalokasikan sebagian besar subsidi energi ke sektor produktif, akan membuat ruang gerak pertumbuhan industri keuangan lebih besar.
"Walaupun kami juga menyadari situasi ekonomi global juga masih tetap dinamis.Tapi dengan ruang gerak yang lebih besar di dalam negeri akan membuat pertumbuhan industri keuangan dalam negeri lebih besar," ujarnya. Pengamat menilai tingginya suku bunga acuan dan pelemahan konsumsi swasta bakal membuat pendapatan bunga bersih perbankan melambat, dari 14 persen pada 2014 menjadi 12 persen pada tahun ini.
Sebenarnnya, perbankan Indonesia menutup tahun 2014 dengan catatan yang sangat tinggi. Indeks JAKFIN, yang jadi salah satu indikator pergerakan saham perbankan, naik 35 persen sepanjang tahun lalu dan mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan lebar margin 14 persen.
“Jika sejarah adalah panduan, kemungkinan besar sektor perbankan bakal mengalahkan IHSG kembali pada 2015,” ujar analis PT Macquarie Capital Securities Indonesia Nicolaos Oentung dalam riset yang diterima, Minggu (4/1).
Memang, lanjutnya, sejak Indeks JAKFIN dimulai pada 1995, dua digit pertumbuhan telah diikuti oleh kinerja yang kurang. Ada kecenderungan pola mengulang, karena sebagian besar kinerja harga saham bank pada tahun 2014 berasal dari perolehan harga saham semata, sedangkan pendapatan terus melambat dan prospek belum membaik.
“Kami pikir dua tekanan utama pendapatan bank untuk 2015 terkait kondisi kredit yang masih lemah, suku bunga acuan yang tinggi, dan persaingan deposito. Selain itu tekanan kualitas aset karena melambatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan pelemahan di sektor pertambangan,” ujarnya.
Nicolaos menilai, bank mampu menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih 15-20 persen di situasi yang kuat dengan suku bunga rendah dan pertumbuhan kredit yang tinggi, tetapi untuk 2015 pendapatan bunga bersih diprediksi melambat menjadi 12 persen.
“Kualitas aset juga bakal mengalami pelemahan lebih lanjut karena konsumsi swasta mulai melambat, yang akan meningkatkan tingkat kredit macet dalam sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan, yang merupakan bagian penting dari kredit perbankan,” kata Nicolaos.
No comments:
Post a Comment