Di tengah kelesuan ekonomi dalam negeri, PT Modern Internasional Tbk masih ambisius mematok target. Perusahaan itu bermaksud menambah 50 gerai convenience store 7-Eleven sepanjang tahun ini. Pilihan lokasi Modern Internasional masih di Ibukota dan sekitarnya. "Kami masih fokus di area Jakarta dan sekitarnya karena peluang masih sangat besar," terang Tina Novita, Investor Relation Manager PT Modern Internasional Tbk, Rabu (29/4) pekan lalu.
Manajemen Modern Internasional, menyatakan, per akhir tahun 2014, total jumlah gerai 7-Eleven mencapai sekitar 189 unit. Jumlah tersebut naik sekitar 39 unit ketimbang akhir tahun 2013. Mayoritas gerai tersebut berlokasi di Jakarta. Sementara berdasarkan situs resmi 7-Eleven, hanya empat unit gerai yang berlokasi di luar Jakarta. Yakni, dua unit di Tangerang, Banten, dan dua unit di Depok, Jawa Barat.
Nah, untuk membangun gerai anyar itu, Modern Internasional mengucurkan biaya investasi beragam menyesuaikan ukuran gerai. Sebagai gambaran, selama ini investasi pembangunan satu gerai 7-Eleven menelan biaya sekitar Rp 2 miliar-Rp 3 miliar. Dengan asumsi ini, paling tidak perusahaan itu harus menganggarkan dana minimal Rp 100 miliar-Rp 150 miliar.
Mengingat biaya menambah gerai tak sedikit, Modern Internasional pun berencana mencari pendanaan eksternal. Perusahaan berkode MDRN di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu berencana menerbitkan surat utang jangka menengah dalam bentuk medium term notes (MTN) senilai S$ 150 juta atau setara Rp 1,41 triliun.
Perusahaan itu akan meminta restu pemegang saham pada 3 Juni 2015. "Hingga kini tidak ada perubahan soal rencana kerja tahun ini," tambah Neneng Sri Mulyati, Corporate Communcation Devision Head MDRN, Kamis (7/5). Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Jumat (24/4), Direktur Keuangan PT Modern Internasional Donny Sutanto menyatakan, dana hasil penerbitan MTN tersebut akan dipergunakan untuk membayar utang dan membiayai pengembangan usaha di masa mendatang.
Biarpun begitu, manajemen Modern Internasional menyebutkan bahwa besaran MTN yang akan diterbitkan senilai S$ 150 juta adalah target indikasi maksimum alias masih dalam bentuk program size. "Jadi bukan issuance size dan belum tentu ditarik sekaligus," terang Tina. Masuk akal jika Modern Internasional mencari sumber dana eksternal. Pasalnya, catatan kas dan setara kas perusahaan itu akhir tahun lalu di bawah kebutuhan dana ekspansinya.
Per 31 Desember 2014, perusahaan itu mencatatkan kas dan setara kas Rp 34,98 miliar. Sementara kas dan setara kas per 31 Maret 2015 lebih kecil lagi, yakni Rp 23,91 miliar. Perusahaan itu berharap, tambahan gerai tahun ini bisa mendukung pertumbuhan kinerja keuangan. Sebelumnya, manajemen Modern Internasional mengincar pertumbuhan laba bersih 10%-15% tahun ini. Jika laba bersih tahun 2014 tercatat Rp 39,62 miliar, berarti target tahun ini Rp 43,58 miliar-Rp 45,56 miliar.
Perusahaan itu juga mengincar pertumbuhan pendapatan sekitar 15%-20% tahun ini. Jika pendapatan tahun 2014 adalah Rp 1,44 triliun, berarti target tahun ini adalah Rp 1,58 triliun-Rp 1,66 triliun. Meski pendapatan Modern Internasional dalam tiga tahun terakhir tumbuh, laba bersih justru turun. Laba tahun 2012 sebesar Rp 55,73 miliar dan turun menjadi Rp 50,15 miliar di tahun 2013. Tahun 2014, labanya kembali turun menjadi Rp 39,62 miliar.
PT Modern Internasional Tbk (MDRN) mencari pembiayaan untuk mendanai ekspansi 7-Eleven. MDRN akan menerbitkan Medium Term Notes (MTN) senilai SG$ 150 juta atau setara Rp 1,41 triliun. MDRN akan memberi kupon di bawah 10% untuk surat utang jangka menengah itu. Kemudian, tenornya yakni 5 tahun. “Sebagian dana hasil penerbitan notes akan dipergunakan untuk melakukan pembayaran utang dan membiayai pengembangan usaha perseroan di masa mendatang,” sebut Direktur Keuangan MDRN Donny Sutanto, dalam keterbukaan informasi yang diterbitkan perseroan, Jumat, (24/4).
Pada laporan keuangan 2014, tertulis bahwa MDRN memiliki utang bank senilai Rp 379,01 miliar. Dengan pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 233,18 miliar dan pinjaman bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun Rp 145,83 miliar.
Pinjaman bank jangka pendeknya sebesar Rp 111,68 miliar ke PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), Rp 65,94 miliar ke PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), Rp 29,86 miliar ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Rp 14,27 miliar ke PT Bank Permata Tbk (BNLI), dan Rp 11,42 miliar ke PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Tak hanya untuk membayar utang. MDRN akan memanfaatkan dana penerbitan notes untuk ekspansi gerai 7-Eleven yang saat ini difokuskan di Jakarta dan sekitarnya. Donny bilang, MDRN ingin menangkap kesempatan dan peluang dari perkembangan pesat pasar ritel yang berfokus di penyediaan makanan dan minuman segar siap saji.
Adapun, nilai penerbitan MTN ini terbilang besar mengingat porsinya yang mencapai 105% ekuitas perseroan. Pada akhir tahun 2014, ekuitas MDRN tercatat Rp 1,34 triliun. MDRN pun masih mempertimbangkan jaminan berupa gadai (charge) berdasarkan hukum Singapura atas rekening cadangan bunga (interest reserve account) untuk menjamin kewajiban pembayaran bunga dan pokok notes.
Untuk aksinya ini, MDRN akan meminta restu pemegang saham. Rencananya, MDRN akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Rabu, 3 Juni. Pada 2014 lalu, laba MDRN turun 26,96% dari Rp 50,14 miliar ke posisi Rp 39,62 miliar. Padahal pendapatanya mampu naik 12,59% dari Rp 1,27 triliun menjadi Rp 1,43 triliun. Lalu di tahun ini, MDRN menargetkan pertumbuhan laba bersih sekitar 10% hingga 15% menjadi kisaran Rp 40,58 miliar sampai Rp 45,11 miliar. Kemudian, pendapatannya ditarget tumbuh 15% hingga 20% ke rentang Rp 1,64 triliun sampai Rp 1,71 triliun.
No comments:
Post a Comment