Bahkan, dalam 3 tahun ke depan, diperkirakan dolar AS masih akan menguat. Kondisi ini disebut dengan 'super dolar AS'. Penguatan dolar AS tersebut, dinilai Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti sebagai peluang Indonesia untuk menggenjot ekspor. Banyak produk Indonesia yang bisa diekspor ke AS. "Kalau AS baik, kita bisa Genjot ekspor ke sana. Kita harus baca peluang itu," katanya .
Dia menyebutkan, selama ini Indonesia banyak mengekspor rotan, rubbber, garmen, dan manufaktur ke AS. Penguatan dolar AS bisa menjadikan produk ekspor Indonesia lebih bernilai. Indonesia saatnya bergeser mengekspor produk-produk manufaktur, di tengah melambatnya ekspor komoditi ke negara-negara seperti China, yang juga tengah mengalami perlambatan ekonomi. "Ekonomi kita masih banyak ruang perbaikan. Tahun depan rupiah melemah Rp 13.400 nggak masalah, baik untuk ekspor kita," katanya. Perekonomian Indonesia diprediksi masih akan terus tertekan dalam 2-3 tahun ke depan, terutama soal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Isu soal rencana bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunganya masih akan bergulir dalam waktu lama. Ketidakpastian ini membuat investor memilih tempat yang paling aman untuk menyimpan instrumen investasi mereka. AS dinilai punya daya tarik tinggi.
Demikian dikatakan Plt Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan saat ditemui di acara diskusi ekonomi Kajian Stabilitas Sistem Keuangan di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (8/5/2015). "Dalam 2-3 tahun ke depan, masih akan ada penguatan dolar AS. Masih mengalami super dolar," katanya. Fauzi menjelaskan, pasar AS memang dinilai lebih menarik dibanding negara-negara lainnya. Dengan rencana menaikkan tingkat suku bunganya, dimungkinkan banyak dana-dana investor akan ditarik dari negara-negara emerging market termasuk Indonesia untuk disimpan di AS.
"Secara relatif lebih menarik suku bunga naik, ditambah ada prospek di semester II-2015, Fed Fund rate akan naik 50 bps dari 0,25 ke 0,75 persen," sebut dia.Apalagi, kata dia, diprediksi negara adidaya tersebut akan jadi produsen minyak terbesar di dunia mengalahkan Arab Saudi dan Rusia dengan shale gas yang dimilikinya. Bahkan, di tahun 2030, AS diramal akan bisa menerapkan swasembada energi.
"Impor minyak ke AS akan berkurang, dan current account deficit AS membaik yang memberi dampak positif. Super dolar bakal terjadi dan akan terjadi," tegas dia. Untuk menangkalnya, kata Fauzi, tak ada cara lain yaitu bagaimana Indonesia bisa menurunkan Current Account Deficit (CAD).
"Pemerintah perlu melakukan koreksi, menurunkan CAD sehingga sewaktu AS naikkan Fed Fund rate, Indonesia bisa lebih siap. Jadi suku bunga BI dipangkas belum waktunya," kata Fauzi. Dalam 3 tahun ke depan, Indonesia masih akan dihadang penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Istilah 'super dolar AS' akan membuat mata uang negeri paman sam ini perkasa hingga Rp 13.400.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengungkapkan, penguatan dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut, jika perbaikan ekonomi AS terus terjadi. Suku bunga acuan di AS akan naik, dan ini bakal menarik dana-dana di pasar kembali ke negara tersebut. "Diperkirakan recovery (pemulihan ekonomi) AS stabil tahun depan dan seterusnya, kalau recovery bunga akan naik, akan terjadi tekanan terhadap mata uang lain termasuk rupiah, arus dana akan kembali ke sana, ini harus diwaspadai," ujar Destry .
Destry menjelaskan, perbaikan ekonomi AS ini mau tidak mau akan menekan semua mata uang negara lain, termasuk Indonesia. Isu kenaikan suku bunga AS oleh bank sentralnya, yaitu The Fed, membuat ketidakpastian di pasar, posisi dolar AS di tahun ini diperkirakan akan berada di level Rp 13.300. Bahkan, di tahun depan, seiring dengan dinaikkannya tingkat suku bunga, dolar AS akan lebih menguat di level Rp 13.400. "Tahun ini nggak mungkin naik (suku bunga acuan AS), kemungkinan tahun depan akan dinaikkan 50 bps (basis poin). Sampai akhir tahun ini dolar bisa Rp 13.300, tahun depan Rp 13.400," sebut dia.
Meski begitu Destry menyebutkan, Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan. Secara historis, Indonesia punya pertumbuhan ekonomi yang baik. Investasi masih akan tetap masuk dan bisa mendorong ekonomi Indonesia.
"Mestinya nggak usah terlalu khawatir, investasi akan tetap masuk jika infrastruktur berjalan di track yang benar, jadi nggak perlu ketakutan, tren AS menguat iya, tapi bukan berarti Indonesia nggak tumbuh,' tegas dia. Kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi. Hingga depresiasi secara year to date sudah mencapai 6%. Dolar AS yang sudah tembus level Rp 13.000, masih akan mengalami tekanan besar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan bahwa kondisi rupiah sangat terpengaruh perkembangan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan persepsi pasar. "Saya bisa katakan kalau misalnya CAD kita membaik dan persepsi membaik tentu membuat tekanan nilai tukar lebih rendah. Dari sekarang sampai akhir Juni itu adalah periode itu tekanannya besar," ungkap Agus di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (7/5/2015)
Pada kuartal II (April-Juni) setiap tahunnya, impor cenderung selalu ada peningkatan. Seiring dengan peningkatan ekonomi, aktivitas ekonomi butuh valuta asing (valas) yang cukup besar. Kemudian juga ada aktivitas pembagian dividen, dan pembayaran utang luar negeri oleh perusahaan-perusahaan dalam negeri. Hal ini juga membutuhkan banyak valas. "Terutama karena kita defisit dalam transaksi berjalan dan kebutuhan korporasi membayar kewajiban keuntungan dan pembayaran bunga ke depan yang selalu jatuh di kuartal II setiap tahun," paparnya Maka dari itu disarankan agar fasilitas hedging atau lindung nilai dapat dioptimalkan oleh perusahaan. Agar turut menjaga nilai tukar tetap stabil.
"Korporasi ataupun BUMN yang punya utang hedging itu bsa membuat risiko nilai tukar yang dihadapi oleh BUMN terkendali. Karena itu kewajiban tidak diambil di pasar tunai. Tapi kalau ada kontrak lindung nilai itu bisa jauh hari sebelumnya dipersiapkan," paparnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi hari ini melemah. Dolar AS sudah mencapai Rp 13.196.
Pada pembukaan perdagangan pagi tadi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (8/5/2015), dolar AS berada di kisaran Rp 13.180, lebih tinggi dari posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.135. Mata uang Paman Sam ini secara perlahan terus menguat, sampai mencapai posisi tertingginya hari ini di Rp 13.196. Sampai pukul 09.40 WIB, dolar AS berada di level Rp 13.190.
Sejak awal pekan ini dolar AS terus menguat. Belum lagi ditambah pernyataan Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve, Janet Yellen, yang kembali menyinggung soal rencana kenaikan suku bunga kemarin.
No comments:
Post a Comment