Kendati nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi di sepanjang tahun 2014 lalu, emiten perdagangan retail pakaian jadi, PT Trisula International Tbk. mencatatkan pendapatan sebesar Rp 746 miliar. Jumlah itu diperoleh berkat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 5,2 persen dari tahun sebelumnya, yang sekitar Rp 709.94 miliar.
"Pertumbuhan penjualan tersebut membuat laba usaha Trisula sepanjang 2014 tercatat sebesar Rp 52,58 miliar," kata Direktur Utama PT Trisula Lisa Tjahjadi seusai menggelar rapat umum pemegang saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 20 April 2015.
Meski begitu, laba perusahaan tahun 2014 lebih rendah 17,2 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp 63,53 miliar. Penurunan laba usaha ini ikut dipengaruhi oleh rupiah yang terdepresiasi. "Ekonomi yang tidak stabil mempengaruhi penjualan 2014," kata Lisa.
Untuk menggenjot penjualan di tahun ini, Direktur Internasional Saler PT Trisula Kartono Budima, mengatakan jajarannya akan meningkatkan ekspor ke Korea Selatan, Jepang, Cina, Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Selandia Baru. "Target penjualan ekspor 17 persen," ucap Kartono.
Strateginya, kata Kartono, dengan meluncurkan produk antiair. Menurut dia, persaingan produk tersebut di pasar dunia masih minim. Apalagi, lanjutnya, PT Trisula sudah berada selangkah di depan dalam produk ini. "Tidak hanya investasi besar, kami juga memiliki penambahan sumber daya dari 2013 sampai 2014 untuk menggalang pasar internasional.”
Untuk meningkatkan penjualan di dalam negeri, Direktur Independen dan Retail PT Trisula Rudolf Simarmata mengatakan jajarannya bakal menambah titik penjualan. Targetnya, kata dia, jumlah pos penjualan di 2015 menjadi 310. Saat ini titik penjualan baru 178 pos. "Kami juga melakukan sales strategy untuk merek Jobb, Bonds, dan Jack Nicklaus ada website-nya," kata Rudolf.
No comments:
Post a Comment