Thursday, September 10, 2015

Ekspor Tuna Bali Melonjak 47,5 Persen Pada Semester 1 2015

Nilai ekspor ikan tuna dari Bali pada periode Januari-Juli melonjak hingga 47,5% menjadi US$64,3juta dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar $43,6 juta, kendati volume ekspor masih melambat.

Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah diperkirakan menjadi penopang kenaikan komoditas andalan Bali itu.‎ Pasalnya, volume ekspor ikan tuna dari Bali hanya meningkat 5% menjadi 10.688,51 ton, dari periode sebelumnya 10.134,67 ton‎.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali I Wayan Gunaja mengungkapkan transaksi penjualan ikan tuna menggunakan mata uang dolar AS sehingga dampaknya sangat terasa ketika terjadi penguatan.

"Ini beruntung sekali pengusaha dengan menguatnya dolar AS meskipun sebelumnya produksi mereka sempat tertekan dengan keluarnya aturan dari pusat," jelasnya, Kamis (10 September 2015).

‎Tuna dari Bali banyak diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat. ‎ Adapun jenis yang banyak diekspor adalah tuna steak beku mencapai 3.781,9 ton, kemudian tuna segar 2.932,6 ton, dan albakore tuna 1.203 ton, serta sisanya jenis tuna beku, tuna loin beku, tuna meat hingga tuna fillet.‎

Gunaja menyampaikan kenaikan dolar AS juga ikut meningkatkan nilai ekspor komoditas perikanan dari Pulau Dewata. Total nilai ekspor komoditas perikanan di Bali selama tujuh bulan mencapai US$98,5 juta, naik 15% dari periode sama tahun lalu US$86,1 juta. Adapun sejumlah komoditas selain tuna yang mengalami kenaikan nilai ekspor seperti Swordfish, kerapu, kakap, hingga tenggiri.

Jenis komoditas perikanan yang menjadi andalan ekspor daerah ini adalah tuna, skipjack, marlin, swordfish, oilfish, ikan kaleng, kerapu, kakap, kepiting, cumi-cumi, dan tenggiri. Namun, volume produksi komoditas perikanan selama tujuh bulan mengalami penurunan 5% menjadi‎ 21.694 ton, dari sebelumnya 22.796 ton.

Sementara komoditas yang nilai ekspornya merosot adalah ikan kalengan sebesar 38%, menjadi US$8,4 juta dari sebelumnya US$13,49 juta. Menurutnya, penurunan terjadi dampak penguatan dolar AS menekan produksi pengusaha diakibatkan bahan baku komoditas itu sebagian besar diimpor dari India. ‎

Dia menyatakan sudah sejak lama pengusaha ikan kaleng mengalami masalah dengan produksi untuk bahan baku. Sebelumnya, Sekjen Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra mengakui penguatan kurs dolar AS memberikan dampak positif.

Sebab, lanjutnya, negara importir siap menampung berapapun produksi yang dihasilkan pengusaha yang tergabung dalam ATLI. Kondisi itu terjadi karena tuna Indonesia dihargai sangat tinggi, diakibatkan minimnya pasokan dunia paska kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti‎.

Dia menegaskan produksi ikan anggota ATLI masih tinggi karena mendapatkan pasokan dari nelayan.

No comments:

Post a Comment