Thursday, September 10, 2015

IHSG dan Rupiah Anjlok Karena Kekecewaan Pasar Terhadap Paket Ekonomi Jokowi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, mengikuti bursa regional. Indeks turun sebesar 4 poin (0,09 persen) ke level 4.343 setelah bergerak di antara 4.290-4.343 pada Kamis (10/9) Sementara itu, di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah melemah sebesar 71 poin (0,50 persen) ke Rp 14.332 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran Rp 14.280-Rp 14.364 per dolar AS.

Kepala Riset PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan pelaku pasar tidak terlalu memperhitungkan paket kebijakan yang diterbitkan Presiden Joko Widodo. Pasalnya, selain karena besarnya pengaruh global, paket kebijakan tersebut juga dinilai tidak akan berdampak langsung.

“Paket kebijakan secara normatif bagus, tetapi secara praktis tidak. Pemerintah itu biasanya kalau ngomong bagus, tapi realisasinya lamban. Implementasinya diharapkan bisa cepat. Saat ini harusnya lakukan kebijakan jangka pendek yang bisa segera dirasakan,” ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (10/9).

Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan dirinya adalah salah satu pihak yang pesimistis terhadap kinerja pemerintahan saat ini. Hal itu, lanjutnya, ditambah dengan melemahnya perekonomian dunia. “Sejak awal saya memang pesimistis. Apalagi secara global banyak pemangkasan pertumbuhan ekonomi. Mulai dari Bank Dunia sampai IMF. Saya melihat worst case scenario IHSG bisa mencapai 4.050,” katanya.

Mandiri Sekuritas mencatat, dalam perdagangan kali ini investor membukukan transaksi sebesar Rp 4,18 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp 3,51 triliun, transaksi negosiasi Rp 670,99 miliar. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 49 miliar.

Sebanyak 116 saham naik, 158 saham turun, 79 saham tidak bergerak, dan 203 saham tidak ditransaksikan. Sebanyak enam sektor melemah, dipimpin oleh sektor agribisnis yang turun 3,13 persen dan sektor pertambangan yang terkoreksi 2,02 persen.

Saham di sektor agribisnis yang paling melemah adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI, Rp 16.500) yang turun 4,62 persen dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG, Rp 2.620) yang melemah 4,73 persen. Di sektor pertambangan, saham yang paling terkoreksi adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG, Rp 8.600) sebesar 3,91 persen dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA, Rp 5.575) sebesar 3,88 persen.

Dari Asia, mayoritas indeks saham melemah. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang turun sebesar 2,51 persen, indeks Straits Times di Singapura yang melemah sebesar 1.37 persen, dan indeks Hang Seng di Hong Kong yang terkoreksi sebesar 2,57 persen.

Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa juga melemah sejak dibuka siang tadi. Indeks FTSE100 di Inggris turun 0,75 persen, DAX di Jerman yang melemah 0,42 persen, dan CAC di Perancis yang terkoreksi 0,64 persen.  

Presiden Joko Widodo menjelaskan kalau pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat saat ini disebabkan oleh faktor eksternal. Menurut dia, saat ini tekanan dari luar sangat keras sehingga menyebabkan rupiah terus anjlok. "Kamu harus mengerti, tekanan dari luar sangat kuat sekali," ujar Jokowi kepada wartawan yang menanyakan reaksinya atas terus menurunnya nilai tukar rupiah, di sela-sela blusukan di Menteng Dalam, Kamis 10 September 2015.

Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mencetak rekor baru sejak terakhir kalinya pada 1998 silam. Kurs rupiah bahkan sempat menyentuh level terlemah Rp 14.364/US$. Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,50% atau 71 poin ke level Rp14.333/US$ setelah sehari sebelumnya menguat.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang hari ini sempat menembus level terlemah Rp14.364/US$ dan terkuat Rp14.262/US$. Sentuhan nilai tukar itu menjadi level terlemah dalam 17 tahun terakhir.

No comments:

Post a Comment