PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk bakal menerima pinjaman dari Philip Morris (PM) Finance sebesar US$ 1,08 miliar atau setara Rp 13,49 triliun. Sementara itu, sesuai dengan prospektus perseroan pada Rabu (16/9), Sampoerna juga bakal memberikan pinjaman kepada PM Finance hingga sebesar Rp 10,18 triliun atau setara US$ 818 juta berdasarkan kurs 31 Desember 2014.
PM Finance adalah perusahaan finansial asal Swiss yang memiliki afiliasi dengan pemegang saham utama Sampoerna, yaitu Philip Morris Indonesia. Per 30 Juni, Philip Morris Indonesia memiliki 98,18 saham Sampoerna. Dalam perjanjian pinjaman I, Sampoerna bakal memberikan pinjaman kepada PM Finance senilai lebih dari 50 persen hingga 100 persen dari ekuitas perseroan atau setara maksimal US$ 1,08 miliar.
Sementara, dalam perjanjian pinjaman antar perusahaan II, Sampoerna bertindak selaku pemberi pinjaman dengan nilai yang tidak melebihi dari nilai laba bersih perseroan pada laporan keuangan 31 Desember 2014, atau maksimal Rp 10,18 triliun. Adapun periode penyediaan kedua fasilitas tersebut ditetapkan hingga 1 September 2025, tetapi dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan para pihak. Sementara jangka waktu fasilitas pinjaman sempai dengan 24 bulan untuk setiap penarikan dana.
Perseroan menyatakan, manfaat yang diperoleh dari rencana transaksi tersebut antara lain adalah tidak adanya mekanisme penjaminan, terdapatnya potensi suku bunga yang rendah, lebih likuid dan kemudahan dalam proses. Selain itu, Sampoerna menyatakan adanya fasilitas pinjaman yang lebih tinggi dan jangka waktu pinjaan yang lebih lama. Hal itu ditambah potensi mendapatkan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk kelebihan dana yang dimiliki perusahaan.
Lebih lanjut, mekanisme suku bunga akan disesuaikan dengan suku bunga yang ditawarkan oleh Deutsche Bank, Citibank dan JP Morgan Chase dan atau bank penggantinya, yang merupakan bank-bank asing yang beroperasi di Jakarta. Untuk diketahui, guna menuntaskan rencana transaksi ini, Sampoerna berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada Jumat, 18 September 2015 di kantor perwakilan perseroan di Jakarta.
Dari sisi kinerja, sampai semester I 2015 kinerja Sampoerna sedikit menurun. Tercermin dari laba bersih sebesar Rp 5,01 triliun, turun dibandingkan Rp 5,03 triliun pada paruh pertama 2014. Pasalnya, beban pokok penjualan mengalami kenaikan dari Rp 29,24 triliun pada semester I 2014 menjadi Rp 43,74 triliun di paruh pertama 2015. Sementara beban usaha mengalami kenaikan dari Rp 3,12 triliun menjadi Rp 3,54 triliun.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menyatakan, transaksi pemberian dan penerimaan pinjaman yang dilakukan oleh Sampoerna tersebut baik adanya karen dilakukan antar afiliasi. “Apalagi arus kas Sampoerna itu sangat bagus. Perusahaan rokok di Indonesia arus kasnya pasti bagus. Jadi saya kira tidak ada masalah untuk transaksi tersebut,” ujarnya di Jakarta,
No comments:
Post a Comment