Tuesday, September 15, 2015

Penjualan Semen Melonjak Tajam ... Tanda Proyek Infrastruktur Mulai Digarap

Mandiri Sekuritas memperkirakan peningkatan realisasi penjualan semen hingga 17,1 persen sepanjang Agustus 2015 dari tahun sebelumnya disebabkan mulai berjalannya proyek-proyek pemerintah. Hal itu terlihat dari lonjakan penjualan semen grosir bulk. Analis Mandiri Sekurtas, Yudha Gautama mengatakan pihaknya telah menerima data penjualan semen sementara dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Ia mencatat adanya beberapa perubahan dalam data tersebut.

“Pertama, adanya tambahan pemain industri baru di asosiasi, Jui Shin Indonesia. Kedua, masuknya data impor dari perusahaan semen di luar ASI. Revisi data ASI itu digunakan untuk data Januari-Juli 2015,” ungkap Yudha dalam riset, dikutip Selasa (15/9). Ia menjelaskan, berdasarkan kalkulasi menggunakan data sementara tersebut, Jui Shin dan data impor dari perusahaan non-ASI berkontribusi 1 persen dari total permintaan domestik pada periode 8 bulan pertama 2015.

“Ke depannya, kami akan memasukkan data impor dari perusahaan non-ASI ke dalam penghitungan permintaan domestik karena merupakan data suplai yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan domestik,” jelasnya. Yudha menyatakan penjualan semen Agustus naik 17,1 persen secara tahunan menjadi 5,46 juta ton. Di luar Merah Putih, Jui Shin, dan impor non-ASI, penjualan Agustus naik 10,8 persen menjadi 5,17 juta ton. Pertumbuhan terbesar Agustus dialami Sumatra dan Jawa, yang masing-masing tumbuh 21,4 persen dan 18,3 persen secara tahunan.

“Penjualan kantong sak dan grosir (bulk) Agustus menunjukkan pertumbuhan yang besar yaitu 10,2 persen dan 31,2 persen secara tahunan menjadi 4,08 juta ton dan 1,27 juta ton yang kami yakini merupakan dampak realisasi belanja infrastruktur pemerintah. Data itu di luar data impor dari impor perusahaan non-ASI,” jelasnya.

Sebelumnya, pada semester I tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) baru menyerap sekitar Rp 24,8 triliun atau 20,6 persen dari anggaran. Tak ayal, penyerapan tersebut diketahui lebih lambat dibandingkan dengan kinerja penyerapan tahun lalu dengan periode yang sama yakni 29,6 persen. "Penyerapan anggaran mulai efektif pada Mei. Karena ada APBNP nomenklatur DIPA sehingga akhir anggaran bisa 93 persen kami targetkan dari target APBNP 91,8 persen," ujar Menteri PU-Pera, Basuki Hadimuljono.

Guna mengejar target penyerapan anggaran, Basuki menyatakan pihaknya akan melakukan beberapa upaya seperti menambah personil dan alat lapangan. Selain itu, dirinya juga akan menambah jam kerja pekerja konstruksi menjadi tujuh hari dalam seminggu melalui sistem shift dalam rangka menggeber pengerjaan proyek.

"Ini diharapkan mampu mempercepat penyelesaian proyek-proyek yang sedang dikerjakan," katanya Produsen semen terbesar di Asia Tenggara, PT Semen Indonesia Tbk, dihadapkan pada tantangan yang sangat berat untuk bisa bersaing dengan kompetitor swasta dan asing di negeri sendiri.
Berdasarkan catatan Asosiasi Industri Semen Indonesia (ASI) perusahaan swasta dan asing saat ini menguasai 56 persen industri semen nasional, sedangkan sisanya 44 persen dipegang oleh dua BUMN semen, yakni Semen Indonesia dan Semen Baturaja.

Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia menjelaskan sejauh ini perseroan memang masih menjadi pemimpin pasar, baik di Indonesia maupun di kawasan Asean. Dia menyebutkan total produksi Smeen Indonesia di Asean sebesar 31,8 juta ton, di mana mayoritas atau 29,5 juta ton dihasilkan di dalam negeri dan sisanya 2,3 juta ton diproduksi di Vietnam.

Dengan total produksi 29,5 juta ton per tahun di dalam negeri, Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa di bawah bendera Semen Indonesia sejauh ini menguasai 41,2 persen pangsa pasar domestik. Membayangi di bawahnya adalah Indocement di bawah benedera HeidelbergCement, Jerman dengan total produksi 20,5 juta ton. Kemudian di urutan ketiga ada Holcim Indonesia sebesar 12,1 juta ton.

Menurut Agung, persaingan industri semen nasional akan semakin ketat ke depannya dengan masuknya 10 pemain baru yang akan membangun pabrik di sejumlah wilayah pada 2017. Adapun ke-10 pemain baru tersebut meliputi:
  1. Siam Cement (Thailand) di Sukabumi, Jawa Barat
  2. Semen Merah Putih (Wilmar Grup) di Banten, Jawa Barat
  3. Anhui Conch Cement (Tiongkok) di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Barat
  4. Ultratech di Wonogiri, Jawa Tengah
  5. Semen Puger di Jawa Timur
  6. Semen Barru di Sulawesi Selatan 
  7. Semen Panasia di Sulawesi Selatan
  8. Jui Shin Indonesia di Jawa Barat
  9. Semen Gombong di Jawa Tengah
  10. Semen Grobogan di Jawa Tengah
"Persaingan dengan asing sangat ketat dan yang terberat adalah bagaimana kita bisa efisiensi dan pada akhirnya kita bisa berkompetisi dengan mereka," ujar Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia di Semarang.  Efisiensi yang dimaksud Agung antara lain memperketat belanja operasional dan belanja-belanja yang tidak terlalu prioritas. Alokasi belanja terbesar akan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru di Rembang, Jawa Tengah. Pabrik senilai Rp 4,45 triliun direncanakan memiliki kapasitas 3 juta ton per tahun dan ditargetkan tuntas dibangun pad akuartal III 2016.

"Sejak awal kami sudah bertempur dengan asing. Jadi penting sekali proyek kami di Rembang untuk menghadang pemain-pemain baru tadi," ujar Agung.  PT Semen Batu Raja, yang juga tercatat sebagai perusahaan milik negara, saat ini hanya menguasai 2,7 persen pangsa pasar Indonesia dengan tingkat produksi hanya 1,3 juta ton per tahun. Agung Wiharto menilai sebaiknya BUMN tersebut bergabung dengan PT Semen Indonesia untuk memperkuat posisi industri semen nasional di tengah persaingan yang semakin ketat dengan asing.

"Kalau menurut saya memang sebaiknya (Semen Batu Raja) bergabung," katanya.  Wacana akuisisi Semen Baturaja oleh Semen Indonesia sebenarnya merupakan isu lama yang sudah didengungkan sejumlah pihak sejak beberapa tahun terakhir. Namun, wacana tersebut tak kunjung terealisasi karena mendapatkan penolakan dari sejumlah sejumlah penolakan, terutama sejumlah fraksi di DPR.

Agung Wiharto memperkirakan pada 2018-2020 akan ada tambahan pasokan semen yang cukup signifikan di dalam negeri dengan mulai beroperasinya 10 pemain baru tersebut. Kendati persaingan semakin ketat, Agung melihat prospek industri semen tetap cerah jika melihat kebutuhan infrastruktur baru yang cukup banyak di dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan.

No comments:

Post a Comment