Saturday, September 26, 2015

Industri Makanan Dan Minuman Sebut Kondisi Resesi Ekonomi Indonesia Sudah Lampu Kuning

Pengusaha industri makanan dan minuman yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menganggap, situasi ekonomi saat ini sudah "lampu kuning". "Berdasarkan survei, ketergantungan kita terhadap dollar ini sangat berat sekali. Kita tahu secara praktis (rupiah) sudah mencapai Rp 15.000. Ini sudah 'lampu kuning' untuk kita," ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Jumat (25/9/2015).

Dia meminta agar pemerintah bisa melakukan terobosan sehingga nilai tukar rupiah tidak terus melemah. Meski mata uang negara lain juga ikut melemah terhadap dollar, kondisi rupiah saat ini sudah sangat memberatkan pengusaha. "Bahan baku kita masih banyak yang impor, ini jadi masalah. Bukan kita senang impor, tetapi karena keterpaksaan karena enggak ada di dalam negeri, dari mutu dan ketersediaan jumlahnya," kata dia.

Di tengah kondisi itu, pengusaha bimbang mengambil keputusan menaikkan harga produk. Pasalnya, daya beli masyakarat saat ini begitu lemah sehingga produk tersebut dikhawatirkan tak laku. "Jadi, perusahaan mengefisienkan diri, juga menjaga margin. Kita melihat beberapa perusahaan sudah teriak karena bottom linesudah mulai tergerus. Ini yang harus hati-hati," ucap dia.

Sebelumnya, pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri makanan dan minuman sudah mulai terjadi karena pelemahanrupiah. Namun, skalanya belum besar seperti yang dikabarkan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor industri makanan dan minuman sudah mulai terjadi karena pelemahan rupiah. Namun, skalanya belum besar seperti yang dikabarkan. 

"PHK besar-besaran belum ada tapi kalau kecil-kecilan tentu sudah mulai terjadi," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Jumat (25/9/2015).

Menurut dia, keputusan PHK karyawan oleh perusahaan terjadi lantaran pelemahan nilai tukar rupiah. Saat ini komponen bahan baku di industri makanan minuman masih tergantung barang impor. Akibatnya, saat rupiah anjlok maka harga barang tersebut semakin mahal. Saat ini tutur Adhi, GAPMMI sedang mendata karyawan yang terkena PHK tersebut. Beberapa minggu lalu kata dia, beberapa perusahaan juga sudah melakukan pengurangan jam kerja karyawan karena membengkaknya biaya operasi.

Bila dibandingkan sektor industri lainya, misalnya industri garmen, Adhi mengatakan PHK di sektor industri makanan dan minuman masih kecil. Menurutnya, dari informasi yang dia dapat, industri garmen sudah banyak melakukan PHK kepada para karyawannya. Selain itu ucap Adhi, sisi keuangan perusahaan-perusahaan di industri makanan dan minuman juga terhempas oleh pelemahan perekonomian saat ini. Nilai keuntungan pada 2015 ini diprediksi negatif atau bila ada keuntungan masih relatif kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

No comments:

Post a Comment