Friday, September 18, 2015

Pembangunan Bandara Udara Di Lebak Banten Oleh Lion Air Grup Makin Tidak Jelas

Nasib pembangunan bandara di Lebak, Banten, yang digagas Lion Grup bersama mitranya, PT Maja Raya Indah Semesta (MRIS), belum jelas. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pun dituding Direktur Utama MRIS Ishak sebagai "dalang" di balik ketidakpastian pembangunan bandara tersebut.  Namun, anggota staf khusus Menteri Perhubungan, Hadi M Djuraid, langsung membantah tuduhan itu. Dia justru merasa kasihan dengan CEO Lion Grup Rusdi Kirana karena tak diberikan informasi yang utuh oleh para bawahannya terkait pembangunan bandara Lebak.

"Terus terang saya kasihan sama Pak Rusdi Kirana karena dia diberi harapan-harapan palsu oleh bawahannya, harapan-harapan sesat oleh bawahannya, seolah-olah bandara ini (Lebak) pasti beres, pasti dapat izin, dan sebagainya," ujar Hadi saat dihubungi.  Menurut Hadi, meski konsep bandara Lebak merupakan multiple airport, yaitu perpaduan bandara baru dengan yang lama, untuk saling membagi beban arus penumpang dan barang keluar masuk Jakarta dan sekitarnya, bandara Lebak juga harus memenuhi persyaratan dari sisi ruang udara (airspace).

Pasalnya, di wilayah Lebak ada beberapa airspace bandara lain, yaitu Bandara Pondok Cabe, Curug (Budiarto), Halim Perdanakusuma, Rumpin, Atang Sanjaya, dan Soekarno-Hatta. Khusus untuk Bandara Curug dan Soekarno-Hatta, bandara Lebak tidak diperkenankan memotong training area Curug yang merupakan tempat sekolah penerbangan, dan tak boleh memotong area Bandara Soekarno-Hatta karena bisa mengganggu manuver pesawat yang akan lepas landas dan mendarat dengan dua landasan pacu dan satu landasan lagiyang akan dibangun.

Kemenhub, kata Hadi, tidak melarang investor untuk membangun bandara di mana saja, tetapi harus tetap melakukan kajian dalam berbagai persyaratan, mulai dari lokasi hingga ketersediaan ruang udara. "Ini kebiasaan lamanya Lion kan. Dulu kan mereka seenaknya ajaharus dituruti. Misalnya, biasanya, kalau mengajukan izin rute, harus langsung dituruti. Maunya apa, harus dituruti. Sekarang ya maaf saja, harus kembali ke aturan," kata Hadi.  Dia juga mengatakan, daripada Dirut MRIS memojokkan Kemenhub di media dengan pernyataan lambat merespons investasi, lebih baik lakukan kajian secara teliti terhadap pembangunan bandara di Lebak. "Jadi, enggak usah marah-marahlah. Enggak menyelesaikan masalah kalau marah-marah," ucap Hadi.

PT MRIS selaku pengembang sekaligus inisiator pembangunan bandara di Lebak, Banten, menyebut Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan tak mau memberikan izin pembangunan bandara tersebut. Meski tidak diizinkan, MRIS tetap ngotot membangun bandara yang disebut-sebut menjadi penopang Bandara Internasional Soekarno-Hatta.  "Tetap investasi, masih, biarin aja, memangnya negara punya Pak Jonan. Bilangin aja, kata Pak Ishak, memangnya negara punya Pak Jonan sendiri," ujar Direktur Utama PT MRIS Ishak saat dihubungi di Jakarta,.

Lebih lanjut, dia menuding bahwa Jonan-lah orang di balik persoalan izin yang belum diberikan dalam pembangunan bandara di Lebak tersebut. Kementerian Perhubungan (Kemenhub), kata dia, sudah setuju pada pembangunan bandara itu, tetapi terhalang oleh Jonan. Grup Lion masih maju mundur merealisasikan proyek bandar udara (bandara) di Balaraja, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kabar terbaru, grup perusahaan penerbangan ini berniat membatalkan rencana tersebut.
Alasannya Kementerian Perhubungan belum merestui sistem integrasi calon bandara itu dengan moda transportasi lain. Misalnya, moda transportasi kereta api, maupun integrasi dengan sistem angkutan laut di Merak, Banten. Padahal, integrasi dengan moda lainnya menjadi krusial bagi calon bandara ini karena bisa memudahkan angkutan barang dan manusia, serta efektif bagi sistem logistik.

Namun kabar tersebut dibantah Kementerian Perhubungan. Instansi ini mengaku sudah merespon proposal pembangunan bandara yang diajukan Grup Lion tersebut.  Kementerian Perhubungan juga memberikan kepastian wilayah udara yang akan didapatkan oleh bandara tersebut. "Kami sudah spesifik merespon proposal mereka, jika memilih wilayah A, akan mendapatkan wilayah udara sekian, dan jika di Lokasi B wilayah udaranya sekian," kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Jumat (3/7/2015).

Menurut Jonan, Grup Lion sejatinya sudah mendapatkan lahan untuk membangun Bandara di wilayah Banten. Jika nanti Grup Lion sudah menetapkan lokasi yang akan dipilih, Kementerian Perhubungan akan merespon dengan membuat penetapan wilayah udara bandara tersebut. "Saat ini surat kami belum dibalas, prinsipnya kami mendukung pembangunan bandara itu," tegas Jonan.

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait yang dikonfirmasi hanya menjawab singkat. "Coba nanti saya cek suratnya," katanya. Sebagai gambaran, Grup Lion menyiapkan lahan proyek itu seluas 55 juta meter persegi (m²) atau sekitar 5.500 ha. Dari jumlah itu, Lion mengklaim sudah membebaskan 1.000 ha lahan.

Taksiran nilai investasinya di atas Rp 10 triliun. Kelompok usaha penerbangan ini membuka peluang investor lain menggarap proyek itu. Selain berniat membangun bandara di Lebak, Lion Grup juga akan mengelola Bandara Halim Perdanakusuma. Namun memang saat ini realisasi pengelolaan itu masih menjadi polemik dan belum terealisasi. Maklum, sejauh ini Bandara tersebut masih dikelola PT Angkasa Pura II.

Mengenai hal itu, Jonan bilang, dirinya menyerahkan kesepakatan itu kepada TNI AU, PT Angkasa Pura II dengan Lion Grup untuk memastikan pengelolaan Bandara tersebut. Jika telah mencapai ada kesepakatan maka pengelola baru tinggal mengajukan izin kepada Kementerian Perhubungan. "Hingga kini saya belum membaca dan menerima proposal perizinan dari sana," tandas Jonan.

Sikap Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, yang belum juga memberikan izin penetapan lokasi untuk pembangungan bandar udara baru di Lebak, Banten, dipertanyakan investor. Para investor meragukan komitmen Jonan merealisasikan pembangunan bandara baru itu. Bahkan para investor yang sudah berminat membangun bandara tersebut mengancam hengkang lantaran merasa tak ada kepastian. "Kalau habis Lebaran enggak ada kepastian, mungkin para investor asing itu akan mencari tempat lain, misalnya ke Thailand," ujar Direktur Utama PT Maja Raya Indah Semesta (MRIS) Ishak di Jakarta, Rabu (8/7/2015).

PT MRIS merupakan perusahaan mitra Lion Grup yang berminat membangun bandara di Lebak, Banten. Kedua perusahaan itu sudah berbagi tugas untuk merealisasikan pembangunan bandara sebagai alternatif Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang saat ini sudah sangat padat. Pembagian tugas itu meliputi pengurusan perizinan di daerah termasuk pembebasan lahan serta pembangunan bandara oleh PT MRIS. Sementara Lion Grup mengurus perizinan pada pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan.

Di sisi lain, lantaran investasi pembangunan bandara beserta areanya (Lebak Aeropolis) tersebut mencapai Rp 17 triliun, PT MRIS kembali bermitra dengan berbagai investor asing yang tertarik membiayai pembangunan Bandara Lebak. Sampai saat ini menurut Ishak, PT MRIS sudah mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dan Pemerintah Provinsi Banten.

Dukungan itu menurut dia tercermin dari sudah diberikannya izin lokasi dan pemberian persetujuan penyesuaian pemanfaatan ruang kepada PT MRIS. Bahkan tutur dia, PT MRIS sudah membebaskan lahan seluas 1.500 hektar dari total 5.500 hektar lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan bandara tersebut. Biaya pembebasan 1.500 lahan itu mencapai Rp 500 miliar.

Namun, tutur Ishak, saat pengurusan perizinan di daerah sudah didapatkan, Menteri Perhubungan tak kunjung memberikan izin penetapan lokasi pembangunan bandara tersebut. Padahal ucap Ishak, PT MRIS melalui Lion Grup sudah mengajukan permohonan persetujuan pembangunan. Hal itu tang menurut Ishak membuat para investor asing tak nyaman dan berniat hengkang.

"Menteri Perhubungan katanya mendukung tapi realisasinya sampai saat ini enggak ada," kata dia. Padahal, PT MRIS menyebutkan jika segala administrasi dari Pemda dan Pemrintah Pusat lancar, maka pada 2018 nanti Bandara Lebak sudah bisa beroperasi. Namun lantaran Pemerintah Pusat belum memberikan izin, pembangunan bandara itu jadi tak jelas. Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sudah membantah tak memberikan kepastian wilayah udara yang akan didapatkan oleh Bandara Lebak tersebut.

"Kami sudah spesifik merespon proposal mereka. Jika memilih wilayah A, akan mendapatkan wilayah udara sekian, dan jika di Lokasi B wilayah udaranya sekian," kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menurut Jonan, Grup Lion sudah mendapatkan lahan untuk membangun Bandara di wilayah Banten. Jika nanti Grup Lion sudah menetapkan lokasi yang akan dipilih, Kementerian Perhubungan akan merespon dengan membuat penetapan wilayah udara bandara tersebut.

"Saat ini surat kami belum dibalas, prinsipnya kami mendukung pembangunan bandara itu," tegas Jonan. Sementara itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait yang dikonfirmasi hanya menjawab singkat. "Coba nanti saya cek suratnya," kata dia. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) masih belum yakin dengan kajian rencana proyek pembangunan bandara di Lebak, Banten. Kemenhub beralasan kajian bandara tersebut belum memenuhi aspek safety atau keselamatan karena persolan ruang udara (airspace).

"Ini semua yg melakukan perhitungan dan desain, harus dilakukan PT Maja Raya Indah Semesta (pengembang sekaligus inisiator pembangunan bandara Lebak) itu lagi, mereka harus membuat kajian yang lebih mendetail dan harus bisa menyakinkan kami jika secara safety itu bisa diterima. Jadi faktor yang paling utama dari kami adalah safety," ujar Direktur Navigasi Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto di Jakarta.

Menurut Kemenhub, meski konsep bandara Lebak mengusungmultiple airport, atau perpaduan airport baru dengan yang lamabandara tersebut juga harus memenuhi persyaratan dari sisi airspace.  Pasalnya, di wilayah Lebak ada beberapa airspace dari bandara lain yaitu Bandara Pondok Cabe, Curug (Budiarto), Halim Perdanakusuma, Rumpin, dan Soekarno-Hatta.

Khusus untuk Bandara Curug dan Soekarno-Hatta, bandara Lebak tidak diperkenankan memotong training area Curug yang merupakan tempat sekolah penerbangan dan tak boleh memotong area Bandara Soekarno-Hatta karena bisa mengganggu manuver pesawat yang akan takeoff dan landing dengan dua runway dan satu lagi runway yang akan dibangun.

PT Maja Raya Indah Semesta (MRIS) selaku pengembang sekaligus inisiator pembangunan bandara di Lebak, Banten, menyebutkan bahwa Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan tak mau memberikan izin pembangunan bandara tersebut. Meski tidak diizinkan, MRIS tetap ingin membangun bandara yang disebut-sebut menjadi penopang Bandara Internasional Soekarno-Hatta. "Tetap investasi, masih, biarin aja, memangnya negara punya Pak Jonan. Bilangin aja, kata Pak Ishak, memangnya negara ini punya Pak Jonan sendiri," ujar Direktur Utama PT MRIS Ishak saat dihubungi wartawan, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Dia menuding, Jonan adalah orang di balik persoalan izin pembangunan bandara di Lebak tersebut. Kementerian Perhubungan (Kemenhub), kata dia, setuju dengan pembangunan bandara itu, tetapi terhalang oleh Jonan. Menurut Ishak, alasan Jonan yang menyebut bandara Lebak tak memenuhi kelayakan ruang udara (airspace) adalah kekeliruan. Bahkan, dia menyebut Menhub tak paham cara hitung-hitungan ruang udara.

"Pak Menteri-nya kali enggak tahu cara-cara hitung tata ruang udara. Benturan apanya? Halim (bandara) sama Cengkareng memang sudah dari dulu tabrakan (airspace-nya), enggak ada hubungan. Kan ada kontrol udara untuk landing," kata dia.  "Kalau enggak mau (kasih izin), sampai botak juga enggak bisa. Negara ini enggak maju-maju. Kamu pergi ke Inggris saja, jarak 20 kilometer ada airport. Jadi, itu bohong semua kalau soal ruang tata udara. Dia-nya (Jonan) saja yang enggak mau (beri izin)," ucap Ishak.

Kemenhub sejauh ini masih belum yakin dengan kajian rencana proyek pembangunan bandara di Lebak, Banten. Kemenhub beralasan, kajian bandara tersebut belum memenuhi aspek safetyatau keselamatan karena persoalan ruang udara.  Menurut Kemenhub, meski konsep bandara Lebak merupakanmultiple airport, atau perpaduan bandara baru dengan yang lama, bandara tersebut harus memenuhi persyaratan dari sisi airspace. Pasalnya, di wilayah Lebak ada beberapa airspace dari bandara lain, yaitu Bandara Pondok Cabe, Curug (Budiarto), Halim Perdanakusuma, Rumpin, dan Soekarno-Hatta.

PT MRIS merupakan perusahaan mitra Lion Group yang berminat membangun bandara di Lebak, Banten. Kedua perusahaan itu sudah berbagi tugas untuk merealisasikan pembangunan bandara sebagai alternatif Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang saat ini sudah sangat padat.  Pembagian tugas itu meliputi pengurusan perizinan di daerah, termasuk pembebasan lahan dan pembangunan bandara oleh PT MRIS. Sementara itu, Lion Group mengurus perizinan ke pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan.

No comments:

Post a Comment