Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui kegagalan pemerintah dalam menjaga harga pangan di level rendah telah berkontribusi terhadap bertambahnya angka penduduk miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat hingga Maret 2015, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,59 juta atau bertambah 310 ribu orang dibandingkan posisi Maret 2014.
Darmin menjelaskan, sejak dua tahun lalu masyarakat Indonesia telah mengalami penurunan penghasilan. Sementara harga pangan terus bergerak naik. “Kemiskinan mengukurnya begitu, income-nya berapa, pangan harganya berapa karena itu yang paling besar peranannya dalam mengukur tingkat kemiskinan. Ada juga yang lain tapi yang paling besar pangan,” kata Darmin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/9).
Ia melanjutkan, penurunan pendapatan masyarakat Indonesia disebabkan oleh tergerusnya harga komoditas seperti kelapa sawit, karet, dan sebagainya. “Komoditas itu dari luar Jawa, tetapi industrinya ada di Jawa. Jadi kalau income masyarakat di luar Jawa turun, akhirnya imbasnya kesini walaupun mungkin tidak sebesar di luar Jawa. Itu sebabnya berpengaruh ke tingkat kemiskinan,” ujar mantan Gubernur Bank Indonesia.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut Darmin dengan mudah dapat bertambah. Karena selama ini cukup banyak orang yang berstatus hampir miskin. Kelompok penduduk seperti ini, jika penghasilannya sedikit saja berkurang atau jika harga pangan sedikit naik maka terjerumus masuk ke dalam golongan penduduk miskin.
“Jadi itu sesuatu yang tidak menggembirakan tetapi juga bukan sesuatu yang membuat kita harus panik,” kata Darmin. Menurut Darmin untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini hanya dua. Pertama adalah dengan memberikan dana desa untuk meningkatkan produktivitas dan penghasilan masyarakat. Kemudian yang kedua adalah memastikan program beras murah untuk masyarakat miskin tetap ada.
“Jadi sebetulnya sudah diantisipasi,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment