Thursday, September 10, 2015

OJK : Bank Mayapada Masih Aman Jika Rupiah Tembus Rp. 16.000

Hasil uji stress test yang dilakukan PT Bank Mayapada Internasional Tbk bersama Otoritas Jasa Keuangan menyatakan perbankan masih aman meski kurs rupiah jatuh ke level 16 ribu per dolar AS. “Di level itu hasilnya masih baik,” kata Haryono, Direktur Utama Bank Mayapada saat ditemui di Mayapada Centre, Kamis, 10 September 2015. Ketika ditanya lebih lanjut pada level berapa Bank Mayapada bisa bertahan, Haryono tidak mau menjawab. “Masih banyak spekulasi di luar, saya tidak mau mengatakan yang jelek-jelek,” katanya.

Haryono mengatakan sebelum ada paket kebijakan yang diumumkan kemarin, pemerintah sebenarnya sudah melakukan usaha-usaha untuk mendalami masalah finansial. “Salah satunya adalah Otoritas Jasa Keuangan yang membuka tabungan untuk valuta asing,” Haryono mengungkapkan. Menurutnya, pemicu masalah ekonomi yang tak kunjung membaik adalah pemerintah yang terlambat mengucurkan anggaran negara. “Maret, April, Mei itu baru mulai cair ketika paket kebijakan diketok,” ujarnya.

Jika anggaran bisa keluar dalam waktu dekat, dan paket regulasi sudah dijalankan, ia optimistis rupiah akan mampu menguat. “Saya yakin dolar AS di akhir tahun di bawah 14 ribu,” kata Haryono. Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah, bergerak turun 57 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp14.301 per dolar AS.

"Laju rupiah kembali bergerak melemah terhadap dolar AS, penguatan pada hari sebelumnya hanya bersifat teknikal," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada. Reza mengatakan paket kebijakan tahap pertama yang diumumkan pemerintah Rabu (9 September 2015) untuk mendorong daya saing industri nasional, mempercepat proyek strategis nasional, serta meningkatkan investasi sektor properti diharapkan bisa menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global.

"Saat ini pelaku pasar sedang mengkaji berbagai langkah pemerintah, diharapkan direspons positif pasar sehingga dapat menopang mata uang rupiah," katanya. Di samping itu, lanjut Reza, ada harapan bahwa rencana pemerintah Tiongkok mengeluarkan stimulus guna mendorong perekonomiannya dapat meredakan gejolak pasar keuangan di kawasan Asia.

Sementara pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa potensi rupiah kembali menguat masih terbuka setelah prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) pada September tergerus penilaian bahwa perekonomian Amerika Serikat belum cukup kuat. "Data ekonomi Amerika Serikat masih bervariasi, di sisi lain bursa saham AS juga masih bergejolak, itu menandakan belum stabilnya perekonmian disana," katanya.

Ia juga menambahkan rencana pemerintah Indonesia membolehkan warga negara asing membuka rekening dolar AS di Indonesia diharapkan dapat menjaga persediaan valas di dalam negeri.

No comments:

Post a Comment