Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia berencana membangun fasilitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) di kawasan Indonesia timur dalam beberapa tahun ke depan. Keputusan ini diambil perusahaan demi mengurangi jauhnya jarak pesawat-pesawat yang beroperasi di Indonesia timur yang ingin melakukan perawatan mesin.
Richard Budihadianto, Direktur Utama GMF AeroAsia mengungkapkan manajemen bahkan sudah memikirkan lokasi yang tepat untuk membangun MRO baru ini. Di mana pilihan lokasi-lokasi tersebut adalah Makassar, Manado, hingga beberapa kota yang ada di Papua. "Karena kalau pesawat di Timur ini lokasinya sangat jauh dari pusat perawatan, makanya kami cari kota di Indonesia timur. Sebenarnya kalau hanya pesawat propeller bisa dipusatkan di Surabaya saja, namun kami pikirkan juga untuk mengakomodasi pesawat jenis lainnya," ujar Richard di kantornya, Senin (28/9).
Kendati sudah memikirkan rencana tersebut, kata Richard realiasi pembangunan fasiltias MRO akan dilakukan pasca manajemen merampungkan penambahan kapasitas di hanggar 4 Soekarno-Hatta dan rencana pembangunan hanggar 5 setelahnya. Secara lebih rinci, ia mengatakan kapasitas hanggar 4 akan beroperasi maksimal pada 2018, atau ketika 16 slot pesawat bisa dipenuhi.
Adapun urung maksimalnya kapasitas hanggar 4 sampai saat ini dilatarbelakangi oleh belum cukupnya sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan segala aktivitas perawatan di fasilitas tersebut. Richard menyebut, pekerja di hanggar 4 saat ini tak lebih dari 150 orang dan diharapkan bisa bertambang 438 orang pada 2018, sehingga dapat mengerjakan perawatan pesawat sebanyak 313 pada tahun yang sama.
Sedangkan pada 2016 manajemen GMF AeroAsia menargetkan mampu memiliki 271 pegawai dan bisa mengerjakan 209 pekerjaan perawatan bagi pesawatnarrow body di hanggar tersebut. "Sumber daya hanya 150 orang di hanggar 4 dan itu dibagi ke dalam dua shift sehingga terdapat 75 orang pershift-nya. Sedangkan kita punya 16 slot, tentu saja pekerjaannya akan sangat ribet. Makanya kita putuskan untuk tidak langsung memasang kapasitas penuh di tahun-tahun awal," jelas Richard.
Sementara untuk pembangunan hanggar 5 dikhususkan untuk pesawat wide body yang eksekusi pembangunannya akan dimulai pada 2018 mendatang. "Namun kami belum memikirkan masalah pendanaan untuk hanggar 5. Tapi yang jelas, kami akan tetap manfaatkan sinergi antar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) layaknya pembangunan hanggar 4," terangnya. Sebagai informasi, saat ini pesawat wide body ditempatkan di hanggar 1 dengan jumlah slot dua pesawat saja. Di dalam fasilitas GMF AeroAsia di Soekarno-Hatta, nantinya kapasitas pesawatwide body akan ditambah tiga slot sehingga total kapasitas menjadi lima slot pesawat wide body.
Perusahaan penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk berharap bisa memperoleh tambahan pendapatan dari PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia setelah anak usahanya di bidang perawatan dan perbaikan pesawat tersebut mulai mengoperasikan hanggar 4 di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Garuda menuntut GMF bisa memberi tambahan pendapatan US$ 68 juta dalam tiga tahun ke depan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo menjelaskan hanggar 4 dibangun untuk mengerjakan perawatan pesawat khusus narrow body dengan kapasitas 16 unit pesawat. Oleh karena itu pendapatan dari jasa perawatan pesawat narrow body diharapkan bisa meningkat dari US$ 57 juta pada tahun lalu ke angka US$ 143 juta, atau 151 persen. "Kami yakin bisa mendapatkan angka itu karena hanggar 4 GMF ini adalah hanggar pesawatnarrow body terbesar di dunia. Selain itu, kami juga melihat bahwa perawatan pesawat narrow body akan menguasai pasar perawatan pesawat pada lima tahun ke depan," ujar Arif di Jakarta, Senin (28/9).
Peningkatan pendapatan tersebut menurut Arif bisa dikejar dengan catatan GMF mampu meningkatkan volume pekerjaan pesawat narrow body dari 209 pekerjaan pada 2016 menjadi 313 pekerjaan pada 2018 nanti. "Kami harap hanggar 4 bisa berkapasitas penuh 16 slot pesawat di tahun 2018. Selain itu, pertumbuhan pendapatan dari perawatan pesawat narrow body juga diharapkan bertambah seiring dengan meningkatnya kapasitas di hanggar 4," jelasnya.
Sebagai informasi hanggar 4 GMF dibangun di atas lahan seluas 67,02 ribu meter persegi, di mana 95,5 persen diantaranya digunakan untuk area produksi. Garuda telah menghabiskan pinjaman Rp 500 miliar yang diperolehnya dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) untuk menggarap hanggar tersebut dengan bantuan PT Wijaya Karya Tbk.
Melengkapi ucapan Arif, Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto mengatakan bahwa pembangunan hanggar 4 ini sejalan dengan keinginan perusahaan untuk bisa membukukan pendapatan sebesar US$ 1 miliar pada 2020. Dengan target pendapatan perusahaan pada 2015 sebesar US$ 300 juta, setidaknya perusahaan harus menambah pendapatan usaha US$ 140 juta per tahun untuk mencapai target.
Lebih lanjut, Richard yakin bisa mencapai target pendapatan tahun ini karena sudah membukukan pendapatan US$ 199 juta pada semester I 2015. Untuk tahun depan, rencananya perusahaan akan menargetkan pendapatan sebesar US$ 390 juta, atau meningkat 30 persen dari tahun ini, dan dia yakin target itu juga bisa tercapai. “Pelanggan kami banyak, dari 59 negara di lima benua. Dengan adanya hal itu, kami harapkan nanti di 2020 bisa masuk tiga besar di Asia Tenggara dari segi nilai pendapatan," jelas Richard.
Melihat dari laporan keuangan Garuda Indonesia, GMF AeroAsia juga telah melakukan perjanjian jangka panjang untuk pemeliharaan dan perbaikan pesawat dengan PT Sriwijaya Air, Hellenic Imperial Airways, Yemen Airways, International Air Parts Pty Ltd, Gatewick Aviation Service, dan Southern Air. Sedangkan pendapatan Garuda Indonesia secara total pada semester I tahun ini Sebesar US$ 1,84 miliar di periode yang sama tahun ini. Angka ini naik tipis 5,14 persen dari angka tahun lalu sebesar US$ 1,75 miliar.
No comments:
Post a Comment