Pemerintah perlu kerja keras dan investasi cukup besar untuk menghidupkan kembali 3.000 km lebih rel kereta api 'mati'. Mayoritas kondisi rel 'mati' tersebut rusak parah. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat, ada sekitar 3.343 kilometer (km) jalur kereta yang sudah lama tidak dipergunakan, dari total 8.159 km atau sekitar 40%.
"Secara umum kondisinya hampir 75% sudah rusak," kata Manajer Program Non Building Unit Heritage, Conservation & Architecture PT Kereta Api Indonesia (KAI), Wawan Hermawan. Sebagian besar kondisi bantalan rel kereta api sudah banyak yang hilang, alias dijarah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Misal, lintas rel kereta mati di Saketi-Bayah Banten yang mengalami kerusakan parah dan banyak beralih fungsi.
"Seperti Rangkas Bitung-Labuhan, Saketi-Bayah itu dulu jalur potensial. Sekarang kondisinya jalan rel sudah jadi jalan aspal, lalu sudah jadi perumahan, pabrik, kantor pemerintahan daerah," tambahnya. Selain itu, lintas tengah Jawa seperti jalur Yogyakarta-Magelang dan Kedung Jati-Tuntang. Lalu ada lintas timur Jawa seperti Kalisat-Panarukan dan lintas rel di Pulau Madura.
"Madura juga penting apalagi sekarang sudah ada jembatan Suramadu, jadi peran kereta di Madura seharusnya bisa lebih maksimal," tukasnya. Data Unit Heritage, Conservation & Architecture KAI, di Pulau Madura dulu terdapat jalur kereta api. Jalur kereta di Madura menghubungkan Bangkalan-Kamal-Tanah Merah-Kwanyar-Balega-Sampang-Tanjung-Pamekasan-Sumenep dan berakhir di Kalianget. Pembangunan dimulai secara bertahap dari mulai 1898 hingga 1901 oleh Madoera Stoomtram Maatschappij (MT).
Sayangnya seluruh rute rel kereta api di Madura ditutup tahun 1984. Jalur Pamekasan-Sumenep-Kalianget bahkan ditutup lebih cepat yaitu tahun 1937.
No comments:
Post a Comment