Monday, September 28, 2015

Perusahaan Jasa Angkut Bangkrut Akibat Biaya Logistik Tinggi

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengeluhkan tingginya biaya logistik di Indonesia akibat keterbatasan infrastruktur transportasi. Pasalnya 15 persen dari 3.812 perusahaan jasa logistik yang tergabung dalam asosiasi masuk kategori mati suri dan telah merumahkan banyak pekerjanya.

"Total anggota kami itu 3.812 perusahaan logistik dan yang tidak tergabung itu sekitar 1.500 perusahaan. Sebagian sudah melakukan PHK, di mana sekitar 15 persen dari 3.812 anggota kami mati suri. Bangkrut tidak, hidup juga tidak," kata Ketua ALFI Yukki Nugrahawan di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Senin (28/9).

Apabila Bank Dunia menilai biaya logistik di Indonesia sebesar 24 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2013, berdasarkan hitungan ALFI bobot sebenarnya untuk industri dalam negeri mencapai 32 persen PDB. Persentase tersebut dinilai Yukki belum berubah sampai sekarang. "Biaya logistik di dalam negeri sebenarnya 31-32 persen. Untuk mendistribusikan semen saja bisa 40 persen biaya logistiknya. Minuman mineral itu 50 persen padahal airnya gratis," ujarnya.

Tingginya biaya logistik, kata Yukki, membuat Indonesia tidak masuk dalam negara tujuan investasi yang kompetitif dibandingkan negara lain. Untuk itu, Yukki berharap ada tindakan yang lebih konkrit tapi realistis dari pemerintah untuk bisa memperbaiki rantai distribusi agar lebih efisien dan efektif dalam mendorong perekonomian. "Pemerintah targetnya biaya logistik turun 15 persen dalam lima tahun. Tidak usah muluk-muluk deh, hitung lagi, 5 persen saja sudah luar biasa," kata Yukki.

Dengan asumsi penurunan biaya logistik 5 persen saja, Yukki optimistis akan ada sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi 0,8-1,5 persen. "Kami jamin ada bonus loh dengan melakukan efisiensi, bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi. Kalau biaya logistik turun 5 persen saja bisa sumbang 0,8-1,5 persen ke PDB. Jadi yang penting bukan berarti biaya logistik lebih murah tetapi lebih efektif," tuturnya.

Perhitungan Yukki tersebut mengacu pada rata-rata pertumbuhan logistik yang biasanya dua kali lipat terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu dia meyakini efisiensi di bidang logistik pada akhirnya akan memangkas biaya angkut barang dan mengurangi biaya operasional.  Berdasarkan caratan ALFI, kue logistik Indonesia terbagi ke dalam lima moda transportasi. Sebesar 91,25 persen logistik Indonesia diangkut melalui jalur darat menggunakan angkutan jalan dengan estimasi bobot mencapai 2,5 juta ton.

Sisanya diangkut menggunakan kereta api sebesar 0,1 persen (17.415 ton), penyeberangan antarpulau 0,99 persen (27.400 ton), angkutan laut 7,07 persen (194.810 ton), angkutan udara 0,05 persen (1.370 ton) dan angkutan sungai 0,01 persen (280 ton). Untuk itu, ALFI merekomendasikan sejumlah langkah kepada pemerintah, yakni menggenjot pembangunan infrastruktur konektivitas dan mengoptimalisasi peralatan pelabuhan, serta modernisasi sistem logistik nasional.

No comments:

Post a Comment