Wednesday, September 23, 2015

Jasa Logistik Truk Perang Tarif

Persaingan usaha jasa angkutan truk semakin sengit di tengah anjloknya permintaan jasa logistik. Menyiasati perlambatan ekonomi yang terjadi, perusahaan operator truk logistik terpaksa melakukan perang tarif demi mendapatkan pesanan. Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan menuturkan, kinerja ekonomi yang melemah membuat frekuensi pengangkutan hasil industri ke pelabuhan semakin menurun. Begitu pun halnya pengangkutan dari pelabuhan, kata Gemilang, order berkurangnya menyusul pelemahan impor akibat depresiasi Rupiah yang terus berlanjut.

"Usaha pengangkutan truk ini kan tergantung dengan demand-supply. Kalau supply-nya tetap namun permintaan berkurang, ya sekarang para perusahaan truk berlomba-lomba untuk mendapatkan pesanan. Caranya, dengan perang tarif," jelas Gemilang di Jakarta, Rabu (23/7). Perang tarif, menurut Gemilang wajar terjadi di kalangan operator truk logistik ketika pesanan sedang lesu. Namun, saat ini persaingan terasa ketat karena pelemahannya tak seperti biasanya.

Dari awal tahun hingga bulan ini, Gemilang mengatakan rata-rata telah terjadi penurunan muatan impor di pelabuhan sekitar 50 persen. Hal itu juga menyebabkan penurunan jumlah armada truk logistik yang beroperasi sebesar 50 persen.  Aptrindo mencatat, saat ini tinggal 12 ribu truk angkutan logistik yang masih beroperasi sari dan ke pelabuhan. Angka tersebut menyusut drastis jika dibandingkan jumlah tahun lalu yang mencapai 24 ribu truk.

"Bahkan akibat persaingan tarif yang ketat tersebut, perusahaan truk logistik skala kecil banyak yang tak tahan dan akhirnya menyerahkan kembali truknya ke perusahaan leasing. Saya tak tahu berapa angka pastinya, tapi laporan yang masuk ke saya ada banyak," tambahnya. Lebih lanjut, ia mengatakan selama ini asosiasi telah menetapkan tarif batas bawah dan batas atas agar persaingan antaroperator truk logistik berjalan sehat. Namun, karena kondisi yang tengah terjadi tidak membaik, ia maklum banyak yang tidak mengikuti aturan tersebut.

"Jasa transportasi ini sekarang sedang dalam fase emergency. Kalau sudah begitu, penawaran pesanan apapun akan kami ambil berapapun tarif yang diminta. Namun, tetap saja ada perusahaan yang kuat ada juga yang tidak," jelas Gemilang. Kendati kinerja jasa tengah melemah, namun Gemilang yakin keadaan akan membaik hingga akhir tahun. Pasalnya, dengan adanya perluasan pelabuhan Tanjung Priok, maka diharapkan semakin banyak pesanan truk logistik dari dan ke pelabuhan itu.

"Kami harapkan angka armadanya sampai akhir tahun bisa kembali normal seperti tahun lalu. Meskipun kami paham itu agak berat," tuturnya.

No comments:

Post a Comment