Perusahaan ritel yang memiliki beberapa merek toko, PT Hero Supermarket Tbk, menutup 74 gerai sejak awal tahun karena lesunya ekonomi. Alasan lain yang dikemukakan manajemen dari penutupan gerai tersebut adalah untuk menekan beban operasi. Direktur Keuangan Hero Xavier Thiry mengatakan keputusan untuk menutup gerai adalah hal yang lumrah karena adanya perubahan perjanjian dan harga sewa, perubahan prospek wilayah toko, dan penyesuaian profitabilitas.
“Jadi tujuannya meningkatkan profitabilitas. Penutupan gerai lanjutan mungkin saja terjadi namun harus melalui kajian lebih lanjut,” ujarnya di Jakarta. Dalam paparannya, manajemen merinci 74 gerai yang ditutup tersebut terdiri dari 39 gerai Starmart, 22 outlet Guadian, 10 gerai Hero, dan 3 gerai Giant. Ia mengaku bakal memaksimalkan efisiensi guna menekan biaya operasional.
Selain melakukan serangkaian program efisiensi, Presiden Direktur Hero Supermarket Stephane Deutsch mengatakan manajemen juga akan fokus menggarap bisnis makanan dan minuman serta kesehatan dan kecantikan pada sisa tahun ini. “Beberapa inisiatif juga sedang dilaksanakan untuk mengurangi dampak kenaikan biaya. Kami tetap optimistis untuk paruh kedua 2015,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan masih mempertimbangkan untuk membuka gerai furnitur rumah tangga Ikea setelah perseroan sukses membangun toko perdana di Ikea, Alam Sutera. Ia mengaku masih mengkaji lahan yang bakal disulap menjadi Ikea. “Kami masih mempertimbangkan membangun satu gerai Ikea lagi akhir tahun ini. Kita lihat situasi nanti,” ujarnya. Seperti diketahui, melonjaknya beban usaha dan munculnya kerugian penjualan aset membuat Hero Supermarket harus menelan rugi sebesar Rp 31,59 miliar sepanjang paruh pertama 2015, berbalik dari laba pada periode sama tahun lalu senilai Rp 94,75 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan Hero, sebenarnya pendapatan perseroan kali ini naik 15 persen menjadi Rp 7,48 triliun dari Rp 6,5 triliun pada paruh pertama tahun lalu. Namun, beban pokok juga ikut naik menjadi Rp 5,8 triliun, dari Rp 4,96 triliun. Dalam hal ini, laba kotor Hero pada paruh pertama masih naik menjadi Rp 1,67 triliun dari laba kotor pada periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 1,54 triliun.
Sayangnya, beban usaha Hero ikut melonjak 13 persen, menjadi Rp 1,79 triliun. Dalam pos beban usaha, tercatat beban gaji dan tunjangan meningkat jadi Rp 576,10 miliar dari Rp 502,38 miliar. Selain itu beban penyusutan dan amortisasi juga melonjak menjadi Rp 219,86 miliar dari Rp 180 miliar. Lebih lanjut, beban usaha yang paling terlihat menonjol adalah biaya iklan dan promosi yang naik 67,11 persen menjadi Rp 112,65 miliar, dari Rp 67,41 miliar. Hal itu ditambah munculnya beban biaya waralaba sebesar Rp 14,67 miliar, padahal pada semester I 2014 hal itu tidak ada.
Namun, yang membuat Hero semakin tidak bisa mendulang laba pada semester I tahun ini adalah karena munculnya kerugian dari penjualan aset tetap dan aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sebesar Rp 17,93 miliar. Padahal pada semester I 2014, pos tersebut mencatatkan laba Rp 23,23 miliar.
Melonjaknya beban usaha dan munculnya kerugian penjualan aset membuat PT Hero Supermarket Tbk (HERO) harus menelan rugi sebesar Rp 31,59 miliar sepanjang paruh pertama 2015, berbalik dari laba pada periode sama tahun lalu senilai Rp 94,75 miliar. Berdasarkan laporan keuangan Hero pada Selasa (28/7), sebenarnya pendapatan perseroan kali ini naik 15 persen menjadi Rp 7,48 triliun dari Rp 6,5 triliun pada paruh pertama tahun lalu. Namun, beban pokok juga ikut naik menjadi Rp 5,8 triliun, dari Rp 4,96 triliun.
Dalam hal ini, laba kotor Hero pada paruh pertama masih naik menjadi Rp 1,67 triliun dari laba kotor pada periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 1,54 triliun. Sayangnya, beban usaha Hero ikut melonjak 13 persen, menjadi Rp 1,79 triliun. Dalam pos beban usaha, tercatat beban gaji dan tunjangan meningkat jadi Rp 576,10 miliar dari Rp 502,38 miliar. Selain itu beban penyusutan dan amortisasi juga melonjak menjadi Rp 219,86 miliar dari Rp 180 miliar.
Lebih lanjut, beban usaha yang paling terlihat menonjol adalah biaya iklan dan promosi yang naik 67,11 persen menjadi Rp 112,65 miliar, dari Rp 67,41 miliar. Hal itu ditambah munculnya beban biaya waralaba sebesar Rp 14,67 miliar, padahal pada semester I 2014 hal itu tidak ada. Namun, yang membuat Hero semakin tidak bisa mendulang laba pada semester I tahun ini adalah karena munculnya kerugian dari penjualan aset tetap dan aset tidak lancar yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sebesar Rp 17,93 miliar. Padahal pada semester I 2014, pos tersebut mencatatkan laba Rp 23,23 miliar.
Hal itu membuat pos keuntungannya lainnya secara bersih turun menjadi Rp 88,26 miliar pada paruh pertama tahun ini, dari Rp 119,83 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Belum selesai di situ, beban bunga pinjaman bank Hero pada paruh pertama tahun ini juga melompat hingga 1.078,44 persen menjadi Rp 14,87 miliar. Padahal pada semester I tahun lalu beban bunga pinjaman bank hanya senilai Rp 1,26 miliar.
Akibatnya, Hero harus menderita rugi sebelum pajak penghasilan mencapai Rp 43,87 miliar. Padahal pada semester I tahun lalu, Hero mampu mencetak laba sebelum pajak penghasilan hingga Rp 114,69 miliar. Kendati pun pada semester I tahun ini tercatat adanya imbalan pajak penghasilan mencapai Rp 12,28 miliar dibandingkan beban pajak penghasilan Rp 19,93 miliar pada tahun lalu, namun hal itu tak mampu mendongkrak kinerja Hero.
Perseroan tetap harus menderita rugi periode berjalan senilai Rp 31,59 miliar pada semester I tahun ini, berbalik dari laba periode berjalan Rp 94,75 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dari segi aset, per Juni 2015 Hero mencatatkan nilai sebesar Rp 8,96 triliun, naik dari Rp 8,29 triliun pada akhir tahun 2014. Sementara dari sisi liabilitas, Hero mencatatkan nilai Rp 3,54 triliun. Adapun jumlah ekuitas mencapai Rp 5,42 triliun per Juni 2015.
Sebelumnya, Liliana S Bambang, analis Mandiri Sekuritas menyatakan PT Hero Supermarket Tbk tidak berekspansi sama sekali tahun ini. Untuk beberapa toko, penjualan per transaksi turun signifikan. “Peritel lain juga melambatkan ekspansinya. Hanya Matahari Department Store dan Hypermart yang masih agresif berekspansi. Peritel asing, seperti Lotte dan Central juga tidak agresif melakukan ekspansi, tidak seperti beberapa tahun terakhir,” ujarnya dalam riset belum lama ini.
No comments:
Post a Comment