Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam waktu dekat akan mengeluarkan Surat Edaran (SE) terkait kemudahan membuka rekening dalam bentuk valas bagi Warga Negara Asing (WNA) yang beraktivitas di Indonesia. Regulasi ini dilakukan untuk menjaga likuiditas valas dalam negeri sehingga nilai tukar rupiah bisa terjaga. Dari rencana ini, OJK memproyeksi sebanyak 2,4 juta WNA akan menitipkan uangnya di perbankan Indonesia mencapai US$ 24 miliar (Rp 336 triliun) tiap tahun. Dengan asumsi, rata-rata 1 orang menabung senilai US$ 10.000 dalam 1 tahun.
"Kalau kita asumsikan saja masing-masing menabung rata-rata US$ 10.000 setiap tahun, saya kira bisa US$ 24 miliar potensinya," kata Muliaman di sela acara peluncuran Program Simpanan Pelajar di SMA 68, Jakarta Pusat, Selasa (8/9/2015). Muliaman menyebut setidaknya 12 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah itu, sekitar 20% atau sekitar 2,4 juta wisatawan yang melakukan kunjungan berkala ke Indonesia.
Angka kunjungan wisatawan asing tentu akan terus tumbuh. Muliaman menyebut besaran bunga dan biaya akan diatur oleh masing-masing perbankan di Indonesia. "Nah, ini kita akan coba, yang penting kita akan terus pantau ini sehingga akan berjalan dengan baik, dalam waktu dekat sekali, bunganya terserah bank," ujarnya. Untuk membuka rekening, WNA bisa menunjukkan paspor. Setoran pertama minimal US$ 2.000 dan saldo maksimal US$ 50.000.
Sedangkan bagi WNA yang menabung di atas US$ 50.000 selama 1 tahun maka nasabah diminta memasukkan paspor dan satu dokumen tambatah tertentu yang berisi surat domisli, surat izin bekerja hingga bank referensi dari asal WNA. Angka ini telah memperoleh rekomendasi dari PPATK.
"Itu semua akan diatur di dalam SE kita," ujarnya.Kondisi perbankan Indonesia saat ini masih aman, meski dolar AS sudah menyentuh Rp 14.200. Namun bila dolar menyentuh Rp 15.000, kondisi perekonomian dan kesehatan perbankan mulai berdampak. Menurut Plt Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan mengatakan, pihaknya selaku lembaga yang akan menangani bank gagal, melakukan uji ketahanan (stress test) terkait ketahanan bank menghadapi kondisi nilai tukar dan tekanan ekonomi.
"Kalau kita bicara kasarnya ya, bank yang masih hidup itu kan di OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Jadi selama OJK belum melimpahkan bank gagal ke kita, kita masih anggap keadaan aman. Banking stability index LPS pun menunjukkan bahwa keadaan masih relatif aman," jelas Fauzi dalam peluncuran tabungan Simpanan Pelajar (SimPel) di SMA 68, Salemba, Jakarta, Selasa (8/9/2015).
Sejauh ini belum ada sinyal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melimpahkan bank gagal kepada LPS, kecuali Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Fauzi mengatakan, tiap triwulan hampir pasti ada BPR gagal yang asetnya di bawah Rp 20 miliar. Lantas bagaimana bila kondisi dolar mencapai Rp 15.000?
"Tentunya kalau rupiah tembus Rp 15.000 per dolar AS, akan berdampak terhadap ekonomi dan tentunya berdampak terhadap NPL (rasio kredit bermasalah) perbankan dan kesehatan bank. Tapi kalau kita lihat tingkat kecukupan modal bank di level 20% masih tinggi ya. Sedangkan kalau kita lihat gross NPL bank di 2,6% masih rendah," papar Fauzi. Bila NPL bank naik ke tingkat 3% atau 4%, Fauzi mengatakan modal perbankan dalam negeri masih bisa menyerap kerugian yang terjadi.
Fauzi mengatakan, tingkat kesehatan perbankan Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang krisis di 2008 lalu. NPL perbankan saat ini 2,6% sedangkan di 2008 lalu 3,5%. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) rata-rata perbankan saat ini masih sekitar 20%, atau di atas CAR perbankan di 2008 lalu sebesar 17%
"Untuk sementara ini (dolar) di level Rp 14.200 keadaan perbankan masih relatif aman, sesuai indeks stabilitas perbankan LPS," jelas fauzi. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih terus menguat terhadap rupiah. Pagi ini, mata uang Paman Sam berada di atas Rp 14.200. Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (8/9/2015), dolar AS dibuka menguat di posisi Rp 14.270 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 14.261.
Tak lama setelah pembukaan perdagangan, dolar AS sempat naik hingga ke titik tertingginya hari ini di 14.288. Dolar bertahan di posisi tersebut sampai menjelang siang ini. Penguatan dolar AS ini masih didorong oleh rencana The Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga dan kekhawatiran melambatnya perekonomian global. Pelemahan mata uang yuan oleh China juga masih menyumbang penguatan dolar AS. Sepanjang 2015 ini, rupiah sudah melemah hingga lebih dari 12%.
No comments:
Post a Comment