Wednesday, September 16, 2015

Surplus Perdagangan Indonesia Tidak Berdampak Signifikan Pada Perekonomian

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai surplus neraca perdagangan yang terjadi pada Agustus 2015 sebesar US$ 433,8 juta tidak memberikan dampak yang signifikan bagi ekonomi nasional. Pasalnya menurut Darmin, neraca perdagangan bukan satu-satunya faktor yang bisa membantu penguatan rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Darmin menyebut untuk memperbaiki ekonomi negeri diperlukan katalisator lain seperti peningkatan ekspor, penyerapan anggaran pemerintah yang optimal, hingga meningkatnya nilai investasi di dalam negeri.

“Situasi yang berjalan ini bukan dipengaruhi faktor kecil-kecil tadi (surplus neraca perdagangan) melainkan memerlukan perubahan yang terus menerus. Jadi sekarang ukurannya adalah apakah kita konsisten," cetus Darmin di kantornya, Rabu (16/9).

Darmin mengatakan untuk meningkatkan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan mendorong ekspor serta mengoptimalkan belanja negara. Selain itu pemerintah juga bakal terus mengundang investasi dari luar maupun dalam negeri, di samping menjaga harga pangan agar tidak menimbulkan tingkat inflasi yang tinggi.

"Ini proses yang harus dilakukan terus menerus. Dan itu harus (dijalankan) bersama-sama (bukan hanya surplus neraca perdagangan)," kata Darmin. Seperti diketahui dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia sepanjang Agustus 2015 mengalami kelebihan (surplus) sekitar US$ 433,8 juta. Meski begitu jika dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya, neraca perdagangan Agustus turun US$ 1,33 miliar dibandingkan dengan perolehan bulan sebelumnya.

Sedangkan jika dikalkulasi secara kumulatif nilai ekspor Indonesia selama periode Januari-Agustus 2015 hanya mencapai US$ 102,52 miliar, atau turun sebesar 12,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah sendiri masih enggan menyimpulkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia dapat dikatakan aman menyusul adanya surplus neraca perdagangan Agustus.

"Situasi memang begini, ini adalah dampak yang terjadi sejak 2007-2008 yang dapat bagian positifnya, enaknya sampai 2011. Setelah itu di 2012 dapat gak enaknya. Tapi semua itu adalah bagian dari proses yang akan positif. Tapi bukan berarti dengan (surplus) kita akan menguat, belum tentu," tandasnya. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 433,8 juta pada Agustus 2015, turun dibandingkan dengan perolehan bulan sebelumnya US$ 1,33 miliar. 

Angka tersebut merupakan selisih lebih antara ekspor dan impor, yang masing-masing membukukan nilai US$ 12,7 miliar dan US$ 12,27 miliar.  Kepala BPS Suryamin menjelaskan ekspor meningkat 10,79 persen pada bulan lalu dibandingkan dengan Juli. Sementara impor tumbuh lebih tinggi, yakni mencapai 21,69 persen.  "Secara akumulasi NPI Januari hingga Agustus terjadi surplus US$ 6,22 miliar," ujar Suryamin di kantornya, Selasa (15/9).

Secara kumulatif, lanjut Suryamin, nilai ekspor Indonesia selama periode Januari-Agustus 2015 mencapai US$102,52 miliar, turun sebesar 12,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Khusus ekspor non migas, BPS mencatat penurunan sebesar 5,99 persen pada Agustus dibandingkan dengan Juli, setelah hanya berhasil membukukan nilai US$ 11,17 miliar. Secara total, ekspor non migas Indonesia selama delapan bulan terakhir sebesar US$ 89,6 miliar atau turun 7,3 persen dibandingkan dengan pencapaian Januari-Agustus 2014.

"Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2015 terhadap Juli 2015 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$ 237,1 juta (121,75 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada timah sebesar US$ 103,8 juta (99,96 persen)," jelas Suryamin.  Sementara impor kumulatif Januari-Agustus 2015, BPS mencatatkan nilai US$ 96,3 miliar, turun 18,96 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut terdiri atas impor migas sebesar US$ 17,5 miliar yang turun 40,41 persen dan impor nonmigas US$ 78,80 miliar yang minus 11,92 persen.

Pada Agustus lalu, nilai impor yang dibukukan Indonesia sebesar US$ 10,16 miliar atau naik 30,48 persen jika dibandingkan dengan perolehan bulan sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan Agustus tahun lalu, impor bulan lalu anjlok 10,82 persen.

BPS menyatakan impor seluruh jenis barang mengalami penurunan selama Januari-Agustus 2015. Impor barang konsumsi tercatat minus 13,17 persen, impor bahan baku/penolong negatif 20,09 persen, dan impor barang modal turun 16,13 persen.

No comments:

Post a Comment