Produk ini menarik lantaran memiliki banyak kelebihan. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan obligasi Saving Bonds Ritel 001 (SBR 001) hanya bisa dimiliki oleh investor individu dan masyarakat biasa. “Banyak kelebihan yang bisa didapat dari SBR,” kata dia saat peluncuran SBR 001.
Pertama, tingkat kupon atau imbal hasil 8,75 persen. Besaran imbal hasil ini berfluktuasi sesuai dengan tingkat suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Maksudnya, jika suku bunga LPS naik, maka tingkat kupon akan mengikuti. Pada saat ditawarkan, suku bunga dasar SBR 001 adalah suku bunga LPS saat ini sebesar 7,5 persen ditambah spread 1,25 persen menjadi 8,75 persen. Sedangkan jika suku bunga LPS naik menjadi 8 persen, maka kupon SBR 001 ikut berkembang menjadi 9,25 persen. Namun, ini hebatnya, kalau sebaliknya suku bunga LPS turun menjadi 7 persen, kupon SBR 001 tidak akan lebih rendah dari angka 8,75 persen. “Floor rate tetap ada di 8,75 persen,” kata Robert.
Hal itu berbeda dengan Obligasi Negara Ritel (ORI) atau Sukuk Retail. Robert mengatakan tingkat suku bunga ORI tetap. Beda lainnya, tidak seperti ORI dan Sukuk yang bisa dijual di pasar sekunder sebelum waktu jatuh tempo, SBR harus dipegang oleh pembeli sampai dengan jatuh tempo. Tingkat kupon yang ditawarkan untuk periode tiga bulan pertama (31 Mei hingga 20 Agustus 2014) adalah 8,75 persen. Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Pembayaran kupon tanggal 20 setiap bulan. Pembayaran kupon pertama kali pada 20 Juni 2014.
Adapun target indikatif SBR dipatok sebesar Rp 2,5 triliun. Obligasi ini akan ditawarkan pada 20 Mei dan jatuh tempo pada 20 Mei 2016. Minimum pemesanan sebesar Rp 5 juta dan maksimum Rp 5 miliar. Untuk memenuhi target penjualan, agen penjual akan mengadakan kegiatan pemasaran ke 17 kota pada masa penawaran. Untuk masyarakat yang berminat disediakan 21 agen, terdiri dari 18 bank dan 3 perusahaan sekuritas.
Menurut Robert, penerbitan obligasi ini merupakan langkah pemerintah untuk memperdalam pasar dan memperluas investor domestik. Pemerintah masih terus terbitkan obligasi untuk refinancing dan menutup defisit anggaran. Tabungan, deposito, dan asuransi merupakan jenis-jenis investasi yang popular di Indonesia. Investasi tersebut banyak diminati karena tergolong investasi berisiko rendah, meskipun imbal hasil keuntungannya rendah pula. Misalnya deposito yang mematok suku bunga sekitar 6-8% per tahun dan suku bunga tabungan sebesar 4-5% per tahun.
Sedangkan jika disimpan di reksa dana saham, risiko nya tidak ada jaminan mendapatkan pembagian dividen, keuntungan, dan kenaikan modal investasi. Selain itu, unsur risiko pasar seperti kondisi politik dan becana alam dapat mempengaruhi nilai reksa dana. Selain jenis investasi di atas sebenarnya ada pilihan lain untuk Anda, yaitu menyimpan di Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk Ritel.
Apakah ORI dan Sukuk Ritel?
ORI atau Sukuk Ritel adalah efek surat utang yang dapat memberikan pendapatan tetap. Surat utang adalah suatu pernyataan utang dari penerbit surat kepada pemegangnya, beserta janji untuk membayar kembali pokok utang pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Selain itu, pemilik utang juga berjanji untuk membayarkan kupon atas utang tersebut secara berkala selama durasi yang ditentukan dalam surat utang.
Penerbit surat utang bisa pemerintah atau korporasi. ORI atau Sukuk Ritel adalah bentuk surat utang negara yang dapat dibeli investor ritel, yaitu masyarakat umum. Apabila Anda menempatkan dana di ORI misalnya, maka pemerintah berjanji membayarkan kupon setiap bulan. Saat ini, ORI yang telah terbit berdurasi 3 tahun dan 4 tahun. Sedikit berbeda dengan ORI, Sukuk Ritel merupakan surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset Surat Berharga Syariah Negara, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing melalui agen penjual.
Investor ritel bersama-sama memiliki aset atau proyek yang kemudian disewakan kembali kepada penjual. Sebagai imbalannya, investor akan mendapatkan bagi hasil berupa kupon Sukuk Ritel. Apabila Anda ingin berinvestasi di instrumen yang sesuai Syariah Islam, maka Sukuk Ritel merupakan salah satu alternatif yang tepat dibandingkan ORI.
Cara Membeli ORI dan Sukuk Ritel
Fitur khusus yang perlu Anda tahu adalah ORI dan Sukuk Ritel yang dijual saat peluncuran (atau istilahnya pasar perdana dibeli dengan harga 100. Jadi, maksudnya kalau dana investasi Anda sebesar Rp5 juta, maka nilai ORI dan Sukuk Ritel Anda pun Rp5 juta.
Jika, Anda tidak sempat membeli saat peluncuran, Anda dapat membeli di pasar sekunder atau pasar setelah peluncuran. Namun, harganya belum tentu 100. Jika saat Anda membeli harganya 120, maka walau pun nilai ORI dan Sukuk Ritel Anda adalah Rp5 juta, tetapi dana yang harus ditempatkan Rp 6 juta (120/100 x Rp 5 juta). Demikian sebaliknya, bila harganya 80 maka dana yang ditempatkan menjadi hanya Rp4 juta (80/100 x Rp 5 juta).
ORI dan Sukuk Ritel ditawarkan melalui agen penjual resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Jika Anda berminat, dana investasi yang harus ditempatkan minimal sejumlah Rp5 juta. Jangan lupa membandingkan biaya-biaya yang harus Anda keluarkan selama masa investasi. Setiap agen penjual memiliki struktur biaya yang berbeda-beda. Tanyakan juga kepada tempat penjual, jika Anda ingin menjual kembali sebelum jatuh tempo, bagaimana prosedurnya, dan apakah akan mengikuti bid-offer price.
Keuntungan serta Risiko ORI dan Sukuk Ritel
Setiap aset investasi pasti mengandung potensi imbal hasil dan risiko, tak terkecuali ORI dan Sukuk Ritel. Potensi imbal hasil yang diberikan ORI dan Sukuk Ritel bisa diperoleh dengan dua cara. Pertama, Anda memperoleh kupon setiap bulan yang mirip dengan bagi hasil deposito. Saat ini, kupon yang pernah diterbitkan bervariasi antara 6% hingga 12% per tahun. Kupon ditetapkan di awal penerbitan dan tidak akan berubah sepanjang durasi surat utang. Kedua, Anda juga bisa memperoleh potensi keuntungan dari penjualan ORI dan Sukuk Ritel sebelum jatuh tempo.
Risiko yang terkandung dalam investasi ini yaitu adanya risiko fluktuasi harga, apabila Anda ingin menjual sebelum jatuh tempo. Bisa jadi, harganya turun saat Anda membutuhkan dana tunai. Risiko kedua adalah kemungkinan gagal bayar oleh pemerintah. Ingatlah ORI dan Sukuk Ritel bukan merupakan produk bank. Bank dan perusahaan sekuritas adalah agen penjual yang di awal pembelian wajib memberikan bukti konfirmasi kepemilikan. Lalu, setiap bulan agen penjual wajib memberikan laporan kepemilikan ORI dan Sukuk Ritel serta mentransfer kupon bagi hasil ke rekening Anda.
Pertanyaan mendasar sebelum memutuskan berinvestasi di ORI dan Sukuk Ritel adalah Anda harus tahu untuk apa Anda berinvestasi. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaan ORI dan Sukuk Ritel untuk beberapa rencana investasi yang berbeda-beda:
- Butuh arus kas bulanan: Anda mungkin sudah memasuki usia pensiun dan ingin mendapatkan hasil produktif dari aset finansial yang lebih besar daripada suku bunga deposito pada umumnya.
- Dana Pendidikan untuk 3 tahun lagi: Bila Anda sudah memiliki sebagian besar dari jumlah target dana untuk keperluan membayar uang pangkal sekolah atau uang daftar universitas, maka pastikan waktu pembayaran dana bersamaan dengan waktu jatuh tempo ORI dan Sukuk Ritel.
No comments:
Post a Comment