Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Fransisca Nelwan Mok dalam acara bersama media massa di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (19/2), mengemukakan, pencapaian kredit tersebut naik sekitar 20 persen dibandingkan dengan kredit pada tahun 2009 yang mencapai Rp 73 triliun.
”Tahun ini kredit korporasi ditargetkan naik 20 persen juga,” ujar Fransisca menyangkut rencana Bank Mandiri tahun 2011.
Untuk itu, Bank Mandiri terus berupaya meningkatkan kredit dengan membidik bidang industri infrastruktur, telekomunikasi, serta makanan dan minuman.
Fransisca menyebutkan, sasaran Bank Mandiri di antaranya memiliki kapitalisasi pasar Rp 225 triliun pada tahun 2014 dengan pangsa pasar penerimaan sebesar 14-16 persen.
Fransisca mengatakan, salah satu upaya untuk mencapai sasasaran tersebut adalah dengan meningkatkan transaksi perbankan sehingga dapat memberikan kontribusi pada pendapatan dari komisi atau fee based income.
Pada tahun 2010 realisasi fee based income Bank Mandiri mencapai Rp 8,3 triliun (belum diaudit). Realisasi ini tumbuh 57 persen dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp 5,3 triliun.
Langkah yang dilakukan Bank Mandiri antara lain dengan meningkatkan wholesale transactions, yakni pelayanan transaksi perbankan bagi mitra usaha korporasi, di antaranya fasilitas manajemen kas (cash management) untuk melayani pembayaran pihak ketiga.
Salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam layanan manajemen kas adalah PT PLN (Persero).
Dengan skema ini, konsumen PLN dapat membayar listrik secara online melalui layanan perbankan elektronik (electronic banking).
Manajer Senior Pengelolaan Pendapatan PLN Iskandar menjelaskan, saat ini setiap bulannya terdapat transaksi pembayaran listrik sebesar Rp 10 triliun dari sekitar 40 juta pelanggan.
Sekitar Rp 3,5 triliun di antaranya berasal dari 14.000 industri besar yang membayar listrik lebih dari 200 kVA.
”Kami bekerja sama dengan 47 bank untuk pelayanan pembayaran listrik. Mereka punya sekitar 37.000 anjungan tunai mandiri dengan outlet kantor bank sekitar 40.000,” kata Iskandar.
Kerja sama dengan perbankan ini memudahkan PLN, di antaranya dari sisi efisiensi dan keamanan.
”Bayangkan jika PLN harus membangun seluruh outlet pembayaran termasuk jaringannya, apalagi harus menerima uang tunai untuk pembayaran listrik. Ini berbahaya karena jumlahnya besar,” kata Iskandar.
Meski demikian, Iskandar mengakui, masih ada daerah-daerah yang belum terjangkau koneksi pembayaran melalui perbankan. Ditargetkan, Agustus 2011 ini seluruhnya terkoneksi.
Fokus ke manufaktur
Berkenaan dengan rencana ekspansi Bank Mandiri tahun 2011, ekonom Dradjad Wibowo mengatakan, Mandiri sekarang ini kebanjiran uang tunai, baik dari rights issue maupun dari penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) PT Garuda Indonesia. Bank Mandiri memiliki saham hasil konversi utang di Garuda yang juga dijadikan uang tunai saat IPO Garuda.
Dengan kondisi yang sangat likuid ini, ujar Dradjad, Mandiri sebagai bank terbesar sekaligus bank BUMN perlu bijak secara korporasi sekaligus ekonomi dalam mengalokasikan dana itu.
Menurut Dradjad, Bank Mandiri harus melakukan diversifikasi kredit korporasi. Infrastruktur jelas perlu dibiayai, tetapi kredit manufaktur juga sangat penting.
”Bank Mandiri bisa terlibat aktif dalam program kluster ekonomi pemerintah dengan mengalokasikan kredit manufaktur yang cukup besar di kluster ekonomi tertentu,” ujar Dradjad.
Di kluster ekonomi perkebunan, misalnya, Bank Mandiri bisa mendorong nasabahnya yang selama ini telantar. Di kluster ekonomi industri primer, Bank Mandiri perlu mengalokasikan kredit untuk manufaktur pengolahan, termasuk kredit menengah untuk pengolahan padi atau industri rakyat yang mengolah cokelat.
Dengan diversifikasi itu, tujuan korporasi Bank Mandiri tercapai, pembangunan ekonomi yang mendorong terserapnya tenaga kerja tercapai. ”Hal ini menguntungkan Bank Mandiri juga karena risiko kreditnya lebih menyebar,” ujar Dradjad.
No comments:
Post a Comment