Thursday, February 24, 2011

Kaum Muda Harus Tantang Diri Jadi Wirausaha

Mark Zuckerberg, Naveen Sevadurai, dan Catherine Cook. Pasti MuDAers tahu dong sosok di balik nama-nama itu? Tepat banget kalau MuDAers menjawab mereka adalah pebisnis muda dunia.

Ya. Mereka adalah orang-orang muda yang sudah berhasil merintis bisnis dan membuktikan kepada dunia kalau mereka tidak kalah dengan orang-orang yang lebih tua. Tidak hanya meraup jutaan dollar AS tiap tahun, para wirausaha muda ini juga telah mengubah dunia dengan ide mereka yang superkreatif.

Kalian juga bisa kok jadi wirausaha muda. Yuk, belajar dari pengalaman teman-teman yang sudah berkecimpung di dunia bisnis.

Yoana Mayanda dan Nenden Ayu Wulandari, dua siswi SMA di Jakarta, punya ide bisnis yang aplikatif banget buat kita. Bersama seorang temannya, Yoana menjual cokelat yang ia produksi sendiri di rumah.

Bisnis yang menurutnya enggak ribet, baik cara penjualan maupun pemasarannya ini, karena bisa dilakukan di sekitar rumah dan sekolah, dianggap mudah dilakukan, terutama bagi remaja. Hanya dengan modal awal Rp 80.000, Yoana bisa memulai bisnis yang berkeuntungan Rp 120.000-Rp 170.000 per minggu.

”Awalnya cuma beli alat-alat untuk bikin cokelat, kayak cetakan dan bahan cokelatnya. Selanjutnya cuma perlu Rp 40.000 untuk beli bahan saja,” ceritanya. Dalam satu bulan, Yoana bisa memproduksi 100 cokelat.

Mencari ide yang unik adalah langkah awal untuk menjadi wirausaha. Seperti Yoana, supaya cokelat-cokelat yang ia pasarkan bisa menarik pelanggan, ia memvariasikan bentuk cokelat yang dijual sesuai selera pelanggan.

Kalau pembelinya anak muda, cokelatnya berbentuk permen, binatang, dan hati. Kalau pembelinya ibu-ibu, bentuk cokelatnya bulat-bulat dan dikemas dalam stoples. Kalau untuk anak-anak biasanya bentuk boneka.

Lain lagi Nenden. Dia berjualan parfum. Modalnya gratis. Ceritanya dia dapat produk tersebut dari kenalannya. Pas dia coba pakai parfumnya ke sekolah, teman-temannya tertarik. Melihat peluang yang ada, Nenden pun memutuskan memulai bisnis. Tahap awal ini, dia sudah meraup untung Rp 200.000. Lumayan banget kan?

Motivasinya? ”Pengen cari uang. Terus mau belajar juga gimana sih susahnya cari uang,” kata mereka kompak.

Kebentur ujian dan sekolah

Ada lagi nih, duo cewek 17 tahun yang merintis sebuah clothing line bernama Label. Mereka adalah Sara Tobing dan Dhea Suseno. Dimulai dari persahabatan mereka sejak kecil, keduanya memutuskan memulai suatu bisnis di dunia fashion yang ternyata memang menjadi ketertarikan mereka. ”Waktu itu lagi zamannya kalung dari pegangan tas. Terus tertarik mau bikin sendiri. Akhirnya kami sepakat berbisnis,” tutur Sara.

Mereka akhirnya juga menjual pakaian. Uniknya, mereka enggak menjual baju yang sudah jadi, tapi baju yang dijahit sendiri dan baju second yang dimodifikasi. Penjualannya memakai sistem per musim.

Mahal enggak ya berjualan baju seperti itu? Enggak juga. Menurut Sara, modalnya berkisar Rp 500.000-Rp 600.000 yang dia dapat dengan patungan bersama Dhea. Mereka menggunakan uang tabungan untuk memodali usahanya.

Berbeda dengan Yoana dan Nenden, Sara dan Dhea menggunakan sistem online untuk pemasaran, seperti blog dan Twitter. Menurut mereka, jejaring sosial di internet lebih cepat dan tidak memakan biaya. Apalagi, kedua media ini juga lagi in di kalangan remaja yang menjadi target pasar Label.

Saat ini karena kepentingan sekolah, usaha mereka terpaksa ditunda. Kalau urusan sekolah sudah selesai, mereka kembali menjalankan usaha.

Pengalaman itu kuncinya

Memang, sebagai remaja yang masih sekolah susah bagi waktu. Kadang takut kalau sekolah jadi terbengkalai karena kegiatan lain.

Tapi jangan patah semangat dulu, MuDAers! Menurut Pak Santo Kurniawan, guru manajemen bisnis dan ekonomi Global Jaya International School, berbisnis sejak muda punya keuntungan besar, yaitu jadi banyak pengalaman.

”Bisnis itu kuncinya pengalaman dan latihan. Langsung saja diterapkan teori yang sudah didapat. Semakin banyak latihan, semakin mudah melihat peluang,” ujar Pak Santo.

Beliau menambahkan, bisnis adalah campuran ilmu pengetahuan dan seni. Ada hitung-hitungan yang mesti dibuat, tapi juga harus punya intuisi dan kreativitas.

Kalau mau jadi wirausaha sukses, harus jadi seorang risk-taker juga. Ibarat berenang, kalau enggak nyemplung enggak bakal bisa. Tapi, kalau nyemplung, ada dua kemungkinan: bisa berenang atau tenggelam. Tergantung bagaimana kita bergerak. Berani enggak kita ambil risiko? ”Go ahead!”

No comments:

Post a Comment