Monday, February 7, 2011

Visi Perekonomian Indonesia 2011- 2025 Perlu Rp 36.000 Triliun

Visi Pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia Tahun 2011-2025 membutuhkan pasokan modal tidak kurang dari 4.000 miliar dollar AS atau sekitar Rp 36.000 triliun. Sebagian besar diharapkan akan mengalir dari sektor swasta karena kemampuan pembiayaan pemerintah sangat terbatas.

”Sebanyak 92 persen dari kebutuhan investasi itu kami harap akan mengalir dari swasta, baik dalam negeri maupun asing. Delapan persen lainnya merupakan kontribusi pemerintah, baik pusat maupun daerah,” ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Jakarta, Senin (7/2), saat berbicara dalam acara Kickoff (Dimulainya) Penyusunan Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang juga dihadiri 11 menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.

Menurut Armida, meskipun rencana induk itu belum selesai, pemerintah sudah mulai mempromosikan rencana tersebut ke berbagai negara, antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, Brasil, China, Turki, India, Rusia, Malaysia, Jepang, Taiwan, dan Australia. Utusan Khusus Presiden untuk Korea Selatan akan segera dikirim ke Seoul guna memberikan paparan mengenai rencana induk ini.

”Utusan khusus akan berangkat ke Korea Selatan pekan depan. Jadi, prosesnya tetap bergulir meskipun dokumen rencana induknya baru akan selesai dua bulan ke depan,” ujarnya.

Penyusunan Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 ini merupakan instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden memerintahkan anggota kabinet di bidang ekonomi untuk menyusun rencana induk dalam waktu tiga bulan sejak 31 Desember 2011 sehingga harus sudah selesai pada awal April 2011.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan, dalam rencana induk tersebut telah ditetapkan delapan program utama dan 18 aktivitas ekonomi berdasarkan pertimbangan strategis. Delapan program itu terdiri atas program pengembangan industri, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi, dan kawasan.

Subindustri yang mendapatkan perhatian utama adalah baja, makanan dan minuman, tekstil, mesin dan peralatan transportasi, industri perkapalan, dan food estate (kawasan khusus berbasis pangan). Subsektor pertambangan yang akan dikembangkan adalah nikel, tembaga, dan bauksit. Subsektor pertanian yang didorong untuk tumbuh adalah kelapa sawit dan karet

No comments:

Post a Comment