Operasi pasar akan difokuskan di delapan kota di Indonesia. Hal tersebut dikemukakan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo di Jakarta, Jumat (11/2).
Operasi pasar digelar dengan melibatkan 24 produsen minyak goreng yang sepakat memproduksi Minyakita, yakni merek yang dikembangkan pemerintah sebagai merek generik khusus untuk minyak goreng kemasan berharga murah.
Operasi pasar akan difokuskan di kota-kota besar, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Aceh.
”Dengan insentif Rp 250 miliar, Minyakita yang bisa tersalurkan senilai Rp 2,5 triliun karena besarnya PPN DTP sebesar 10 persen. Terkait harga jual, sejauh ini belum kami tentukan. Kami harus melihat perkembangan harga pasar. Yang jelas pasti lebih murah,” katanya.
Dipicu kenaikan harga CPO
Berdasarkan data Kemperdag, harga rata-rata minyak goreng nasional per tanggal 10 Februari tercatat Rp 11.256 per kilogram, sementara harga minyak goreng kemasan 620 mililiter Rp 9.135. Kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO) di tingkat dunia.
Berdasarkan pemantauan di sejumlah pasar tradisional di Jakarta, harga minyak goreng curah saat ini belum turun atau berada di level Rp 11.000-Rp 11.500 per kg.
Kondisi ini bukan dipengaruhi faktor menipisnya pasokan, melainkan dipicu kenaikan harga bahan baku CPO di pasar dunia.
Menurut Ali Hasan, pedagang di Pasar Cipinang Besar, tren lonjakan harga ini mulai terjadi akhir Desember 2010. Kenaikan harga bertahap terus terjadi hingga awal Februari 2011, dengan rata-rata kenaikan sebesar Rp 500 per kg.
Lonjakan harga terutama terjadi pada minyak goreng curah kualitas menengah atau jenis yang terbanyak dibeli konsumen. Pada akhir 2010, harga jualnya masih sekitar Rp 9.500 per kg.
”Lalu pada awal tahun 2011 harganya naik jadi Rp 10.000 per kg. Selang dua minggu kemudian harga berubah jadi Rp 10.500 per kg. Selanjutnya di akhir Januari sampai awal Februari ini, terjadi dua kali kenaikan harga, yakni Rp 11.000 per kg dan Rp 11.500 per kg,” katanya.
Suherman, pedagang di Pasar Palmerah, membenarkan hal itu. Jika minggu lalu harga masih Rp 11.000 per kg, awal minggu ini sudah naik menjadi Rp 11.500 per kg. Dua minggu lalu, harga minyak goreng bahkan masih di kisaran Rp 10.750 per kg.
”Trennya terus naik, tidak tahu sampai kapan. Padahal, ketersediaannya normal-normal saja,” kata Suherman.
Kondisi ini membuat sejumlah konsumen beralih ke minyak goreng kemasan karena harganya lebih murah. Di pasar, harga jenis kemasan Rp 11.000 per liter.
”Selisihnya memang tidak jauh. Namun, di tengah mahalnya harga sembako, hal itu menjadi signifikan bagi kalangan ibu rumah tangga,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment