Friday, February 4, 2011

Produksi Jamur Di Jawa Barat Turun 40% Karena Cuaca Yang Tidak Menentu

Produksi jamur merang di sentra-sentra produksi Kabupaten Subang dan Karawang, Jawa Barat, menurun hingga 40 persen. Hujan yang turun hampir sepanjang tahun membuat jerami, media tanam jamur merang, berkadar air tinggi sehingga tidak baik bagi pertumbuhan jamur.

”Penurunan produksi 30-40 persen,” kata Yaskur (42), pembudidaya jamur di sentra jamur Desa Jayamukti, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jumat (4/2).

Selain berkadar air tinggi, kata Yaskur, gagal panen pada 2010 membuat jerami langka dan harganya mahal. Pada cuaca normal, harga jerami Rp 200.000- Rp 250.000 per mobil pick up. Ketika petani gagal panen akibat iklim basah, harga jerami naik menjadi Rp 300.000-Rp 400.000 per mobil pick up.

”Itu pun tidak mudah didapat, padahal Karawang adalah lumbung padi nasional,” ujar Ketua Unit Pengelola Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kecamatan Banyusari.

Sejumlah pembudidaya jamur di Desa Pinangsari, Kecamatan Ciasem, Subang, mengatasi kelangkaan jerami dengan menambah jumlah kapas untuk media tanam jamur. Jika biasanya mereka menggunakan 380 ikat jerami dengan 2 kuintal kapas, kini menggunakan 150 ikat jerami dengan 7 kuintal kapas. Akibatnya, modal tanam meningkat dua kali lipat.

Karawang dan Subang merupakan sentra jamur merang di Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, pada 2010 terdapat 2.486 kubung atau rumah produksi jamur dengan total produksi 4.791 ton. Nilai investasi hampir Rp 20 miliar atau sekitar Rp 8 juta per kubung, dan nilai produksi sekitar Rp 100 miliar.

Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian Subang Tatang Gustian menyebutkan, sepanjang 2010 produksi jamur Subang hanya 510 ton. Padahal, selama 10 tahun sebelumnya rata-rata produksi 870 ton per tahun.

Harga jamur di pasaran sekarang mencapai Rp 20.000 per kilogram (kg) dan panen bisa dilakukan dua kali sehari selama 40 hari dalam satu siklus penanaman jamur.

Difermentasi

Ahli pembibitan jamur yang juga Ketua Pusat Pendidikan dan Latihan Jamur Merang Karawang, Misa Suwarsa (51), mengatakan bahwa produksi jamur di Karawang dan Subang masih rendah, di bawah Rp 200 kg per panen per kubung. Apabila petani menggunakan media tanam jerami yang difermentasi, produksi jamur bisa ditingkatkan menjadi 400 kg per panen per kubung.

”Media tanam jerami kalau difermentasi lebih lama akan meningkatkan unsur fosfor dan protein. Kedua unsur ini sangat baik bagi pertumbuhan jamur. Proses fermentasi alami harus lebih dari satu tahun. Petani terkendala penyimpanan,” kata Misa Suwarsa.

Dia memperkirakan, Indonesia dengan 11 juta hektar sawah bisa menjadi produsen dan eksportir jamur merang terbesar dunia. Agroklimat alam Indonesia terbaik bagi budidaya jamur merang, lebih baik daripada Brasil.

Negara produsen jamur masih dikuasai China, dari Shanghai saja ekspor jamur ke Singapura dan Amerika Serikat sekitar 40 ton per hari. Jamur diekstraksi proteinnya untuk bahan baku obat.

”AS pernah meminta jamur puluhan ton per hari, tetapi kami tidak bisa memenuhi,” ujar lulusan S-3 Kimia Institut Teknologi Bandung ini.

No comments:

Post a Comment