Sunday, February 13, 2011

Citra Garuda Sebagai Perusahaan Bonafid Kandas Karena IPO yang Gagal

”Faktor penyebab kegagalan itu ada beberapa dan saling bertautan, yakni pemilihan waktu, strategi penawaran, dan pemilihan harga. Hal semacam ini harus jadi bahan evaluasi dan harapannya tidak terulang di masa mendatang,” kata Wakil Ketua Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Aria Bima di Jakarta, Minggu (13/2).

Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk ditutup melorot ke Rp 620 dari harga perdana Rp 750 atau turun sekitar 17,33 persen tepat pada hari pertama pencatatan di Bursa Efek Indonesia, Jumat pekan lalu. Dari total saham yang ditawarkan sebanyak 6,335 miliar saham, 3,008 miliar saham atau setara dengan Rp 2,25 triliun di antaranya harus diserap oleh para penjamin pelaksana emisi (joint lead underwriters) yang notabene anak perusahaan badan usaha milik negara (BUMN), yakni PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.

Total saham Garuda yang ditawarkan adalah 6,33 miliar lembar saham dengan total dana yang dihimpun Rp 4,75 triliun. Aria Bima menilai, pemerintah sendiri yang pada akhirnya harus membeli saham Garuda dan bukan investor.

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI-P, Arif Budimanta, juga menilai, pemerintah telah melanggar kesepakatan dengan DPR untuk memprivatisasi dengan harga saham Garuda optimum per lembar pada momentum yang tepat. Oleh karena itu, Komisi XI DPR berencana menyelidiki dan membahas strategi dan manajemen privatisasi Garuda ini dengan pemerintah. ”Kalau melihat transaksi hari pertama, saham GIAA terkoreksi 17,33 persen. Potensi kerugian keuangan negara yang dialami anak perusahaan BUMN dan Jamsostek sekitar Rp 347 miliar,” kata Arif.

Menurut Kepala Riset Recapital Securities Pardomuan Sihombing, strategi dan kinerja tak memuaskan ketiga penjamin emisi itu selama penawaran umum perdana saham (IPO) menciptakan rasa pesimistis yang berlebihan terhadap Garuda di mata para investor.

”Fundamental Garuda sudah cukup baik. Sayangnya, hal itu tidak terekspose maksimal selama proses IPO. Padahal, ada beberapa perusahaan yang fundamentalnya biasa-biasa saja, tapi di listing perdana harga sahamnya melonjak dari harga perdana,” kata Pardomuan.

Managing Director Mandiri Sekuritas Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, penyerapan saham Garuda tidak menimbulkan dampak operasional yang berat bagi perusahaannya. Hal itu karena modal Mandiri Sekuritas saat ini lebih dari Rp 700 miliar, dengan kondisi likuiditas sangat baik.

”Tahun 2010 kami membukukan laba bersih yang masih dalam proses finalisasi audit Rp 103 miliar atau meningkat sangat tajam dari laba bersih tahun sebelumnya senilai Rp 46 miliar,” kata Kartika.

Kartika optimistis, pihaknya akan segera menyelesaikan transaksi terkait right issue (hak memesan efek terlebih dahulu) Bank Mandiri dengan baik. Apabila ada dampak terkait saham Garuda di bursa pada pencatatan perdana, itu adalah hal biasa. Nilai saham itu diharapkan akan meningkat seiring dengan kenaikan kinerja fundamental Garuda dan pulihnya sentimen pasar.

Menurut Pardomuan, berbekal kondisi fundamental Garuda yang baik, investor akan tertarik membeli saham Garuda di pasar sekunder. Ketertarikan yang akhirnya membuat harga saham Garuda meningkat itu akan lebih cepat jika didorong peningkatan kinerja perusahaan.

No comments:

Post a Comment