Friday, February 4, 2011

Faktor Faktor Yang Menyebabkan Suku Bunga BI Rate Naik

Harga bahan pangan yang tinggi menjadi salah satu pertimbangan Bank Indoensia dalam menaikkan suku bunga acuan bank sentral atau BI Rate. "Itu antara lain faktor juga yang kita lihat itu," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah saat ditemui wartawan di Kompleks Masjid Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (4/2).

Berdasar laporan Badan Pangan Dunia (FAO), Kamis (3/2), seperti yang dikutip kantor berita CNN, harga bangan pangan pada Januari merupakan yang tertinggi sepanjang masa. Indeks menunjukkan kenaikan 3,4 persen pada Januari menuju tingkat tertinggi sejak mulai diukur pada 1990. Indeks ini mengukur beberapa harga bahan pangan, seperti gula, sereal, susu, minyak, daging di seluruh dunia.

Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Harry Azhar Azis menyatakan, melambungnya harga pangan dunia tak bisa menjadi alasan kuat Bank Indonesia dalam menaikkan BI Rate. "Jangan dibandingkan dengan dunia, alasan itu tidak bisa," kata Harry saat dihubungi Tempo. Sebab, menurut Harry, persoalan pangan kita adalah distribusi.

Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate naik 25 basis point atau 0,25 persen menjadi 6,75 persen. Itu berarti memecahkan rekor BI Rate yang sempat bertahan selama 18 bulan di 6,5 persen. "Dinaikkan 25 basis point," kata Halim. Sebelumnya, sinyal kenaikan sudah tampak saat bank sentral menyebutkan tak segan menaikkan BI Rate jika inflasi inti melebihi ambang batas yang ditentukan.

Salah satu pertimbangannya risiko tekanan inflasi karena pergerakan harga pangan (volatile food) dan harga minyak dunia. "Bila terlihat tanda inflasi inti meningkat, BI tidak akan ragu lagi menaikkan BI Rate," ujar Hartadi lewat pesan pendek pada Tempo beberapa waktu lalu.

Halim melanjutkan, kebijakan BI Rate untuk merespons kenaikan inflasi gara-gara pergerakan harga pangan. "Kita tidak suka dengan meningkatnya tekanan inflasi, meski berasal dari kelompok makanan. Karena hal itu akan mempengaruhi inf inti melalui ekspektasi," ujarnya.

Hartadi menambahkan, kecemasan inflasi tidak hanya berasal dari volatile food. Tapi juga tingginya harga minyak dunia saat ini. Sementara itu sebagian bahan bakar minyak tidak disubsidi lagi. BI Rate sendiri bertahan di kisaran 6,5 persen sejak Agustus 2009. Dan terus kokoh selama 18 bulan.

No comments:

Post a Comment