”Perguruan tinggi harus lebih spesifik untuk mengejar ketertinggalan. Caranya dengan entrepreneurship,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, pada acara wisuda perdana Universitas Bakrie, Sabtu (12/2) di Jakarta.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan kebijakan baru yang mendorong semangat entrepreneurship agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dengan entrepreneurship, bahan-bahan baku bisa diolah di dalam negeri dengan inovasi dalam negeri sehingga memiliki nilai tambah.
Kajian Harvard Kennedy School of Government 2010 menyebutkan, model pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sangat menggantungkan diri pada eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Akibatnya, investasi pada pembangunan manusia minim. Padahal kualitas daya saing dan kualitas inovasi yang ditentukan kewirausahaan masyarakat harus ditingkatkan.
”Jika kita ingin unggul bersaing, kewirausahaan masyarakat harus dibangkitkan dan daya inovasi harus dikembangkan seperti technopreneurship,” kata Fadel.
Technopreneurship merupakan upaya membangun daya saing unggul yang membutuhkan sinergi antara kewirausahaan dan kemampuan mengeksploitasi teknologi. Usaha yang dijalankan oleh technopreneur umumnya ditandai pertumbuhan yang tinggi.
Indonesia memiliki peluang mengembangkan technopreneurship untuk menciptakan nilai tambah khususnya bagi produk-produk pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Rektor Universitas Bakrie Sofia W Alisjahbana mengatakan, untuk menjembatani antara perguruan tinggi dan kebutuhan industri, Universitas Bakrie aktif menjalin relasi dengan dunia industri dan lembaga bertaraf internasional.
Universitas Bakrie yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bakrie School of Management mewisuda 72 lulusan program studi Manajemen serta Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
No comments:
Post a Comment