Hal ini dikhawatirkan akan semakin menambah beban ekonomi masyarakat. Menurut dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Mudrajad Kuncoro, ketika dihubungi, Senin (7/2), kenaikan BI Rate tidak akan efektif menekan laju inflasi.
Pasalnya, sumber inflasi lebih banyak dipengaruhi kondisi di luar otoritas BI. ”Mahalnya komoditas pangan menjadi penyumbang inflasi terbesar. Seharusnya pemerintah ambil peranan lebih banyak dengan menyediakan bahan pangan lebih memadai,” katanya.
Sementara itu, rencana pembatasan bahan bakar minyak akan memicu inflasi lebih tinggi karena pemilik kendaraan pribadi harus mengeluarkan dana lebih.
”Kalau patokannya inflasi, BI Rate bisa berpeluang naik lagi setelah pembatasan BBM bersubsidi diberlakukan. Seharusnya BI tidak terlalu reaksioner merespons laju inflasi dengan menaikkan BI Rate,” paparnya.
Dengan menaikkan BI Rate, BI hanya fokus pada pengawalan inflasi, tetapi melupakan kewajiban lain, yakni mendorong sektor UKM dan sektor ekonomi produktif lain.
Kenaikan BI Rate akan mendorong kenaikan suku bunga kredit. Ini akan membuat UKM semakin sulit mengakses kredit perbankan. UKM yang sudah mendapatkan kredit bank akan kesulitan membayar angsuran. Dampaknya adalah kenaikan kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto menyatakan, kenaikan BI Rate sebenarnya tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan harga BBM.
Di satu sisi, kenaikan BI Rate dan kenaikan harga BBM akan menambah beban bagi dunia usaha karena berkontribusi menaikkan biaya produksi dunia usaha. Hal ini mengakibatkan kenaikan keduanya bisa mendorong inflasi menjadi lebih tinggi.
Di sisi lain, dalam konteks kenaikan harga BBM dan rencana pembatasan BBM, kenaikan BI Rate pada tingkat tertentu bisa membantu mengurangi dampak inflasi yang ditimbulkan karena mendorong masyarakat mengurangi konsumsi atau memperbesar tabungannya.
”Apakah kenaikan BI Rate ini akan mengurangi dampak inflasi akibat kebijakan pembatasan BBM atau justru sebaliknya akan bergantung pada sensitivitas tingkat inflasi terhadap jumlah uang yang beredar. Dalam hal ini ditentukan sensitivitas tingkat tabungan masyarakat terhadap perubahan BI Rate,” ujarnya.
”Namun, kemungkinan untuk menambah inflasi tampaknya akan lebih besar,” kata dia. BBM merupakan kebutuhan pokok yang tingkat konsumsinya hanya sensitif terhadap perubahan harga untuk jangka pendek
No comments:
Post a Comment